“Kapan pulang?”

Aku tengah menonton televisi ketika pesan singkat itu masuk ponselku. Tak elak, langsung membuatku kosentrasiku pecah. Jantungku juga berdetak lebih cepat dari irama normalnya. Beberapa detik aku hanya mampu memandangi 2 kata tersebut di layar ponselku. Tak ku hiraukan lagi acara gosip  di televisi yang tengah menyiarkan berita kehamilan Nagita Slavina itu.

Sepuluh menit berlalu. Aku masih bingung mau jawab dengan kalimat apa. Sementara aku tau, orang di seberang sana sudah menunggu jawabanku. Tak biasanya aku menerima pesan seperti ini. 

Aku sudah biasa mengirimkan kalimat dengan nada yang sama ke suami, bahkan hampir setiap sore. Menanyakan jam berapa beliau pulang kerja dan kapan sampai dirumah. Padahal aku sudah tau jawabannya, masih tetap saja aku tanyakan. Pun sekedar mengingatkannya untuk teng-go begitu jarum jam menunjukkan pukul 16.00. Menerima pesan sama di ponselku menanyakan kapan pulang, baru kali ini aku rasakan.

Aku masih saja melamun, memikirkan jawabannya. Aku ingin jawaban terbaik yang tidak mengecewakannya. Aku tidak berani menelepon dan mendengar suaranya bergetar di telingaku. Bukan, bukannya aku irit dan sayang pulsa. Aku hanya tidak kuat menahan air mataku menetes mengibakan kerinduan.

“Bulan depan Ma”. Sambil melihat kalender, akhirnya kuberanikan juga membalas pesan Mama. Nekad aku bilang begitu tanpa berkompromi dulu dengan suami. Tidak mungkin suami tidak mengijinkanku pulang kampung bulan depan mengingat kami terakhir pulang kampung adalah lebaran tahun lalu. Berbekal keyakinan tersebut, aku berharap bisa memberikan sedikit ketenangan dan kebahagiaan buat orang tuaku yang sangat ingin dikunjungi anak dan cucunya.

Iya Akmal, Mbah sudah kangen sekali”. Benar saja, tak sampai 1 menit, balasan segera masuk dari Mama yang secara terang-terangan menyatakan kerinduan akan cucu pertamanya.

Aku dan Mama

Bulan depan, waktu yang aku janjikan kepada Mama untuk pulang. Mengobati kerinduan bertatap muka langsung setelah berbulan-bulan kami hanya saling berkirim pesan, gambar, dan video melalui ponsel saja memperlihatkan perkembangan cucunya dari hari ke hari.

Di sudut mataku, terlihat ada angka berwarna merah di bulan Februari. Ku cermati lagi, benar saja ada hari libur nasional Tahun Baru Imlek yang jatuh di hari Kamis 19 Februari.  Ini berarti bisa libur di kampung lebih lama. Senang? Tentu saja, tak usah ditanya, apalagi sehari setelahnya aku berulang tahun. Sudah ku bayangkan ini kami akan membuat syukuran kecil-kecilan di kampung untuk berterimakasih kepada Allah atas nikmat yang selama ini dianugerahkan-Nya.

Segera ku kabarkan rencana kepulanganku bulan depan begitu suami tiba di rumah dan langsung aku minta agar beliau bisa ambil ijin kantor hari Jumat 20 Februari. Maklumlah, sebagai pegawai kantoran yang terikat aturan, beliau tidak bisa seenaknya bolos. Lain dengan aku yang bekerja dari rumah dan bisa mengatur ritme kerjaku sendiri.

Rencana kepulanganku aku tindak lanjuti dengan memesan tiket kereta Bandung – Kutoarjo untuk tanggal 18-22 Februari 2015. Aku bersyukur sekali masih ada tiket tersisa untuk 3 orang penumpang. Biasanya, libur panjang begini tiket kereta sudah habis di pesan. Jika sudah begini, kami biasanya pulang kampung dengan mengendarai mobil.

Namun mobil sedan kesayangan kami sudah tak lagi parkir di garasi. Kami memutuskan untuk menjualnya dan menganti dengan mobil yang lebih muda. Kami percayakan penjualan mobil kami di situs jual beli mobil online www.carmudi.co.id. Mudah sekali cara pakainya, tinggal klik-klik dan tunggu calon pembeli menghubungi kami. Apalagi kini ada aplikasi Carmudi yang bisa diunduh di Android semakin memudahkan para pelanggan dalam mencari dan menjual kendaraan bermotor sesuai kriteria yang diinginkannya.

Sembari menunggu mobil sedan kami laku terjual, kami mencari-cari informasi di Carmudi Indonesia kira-kira mobil apa yang sesuai dengan kebutuhan kami. Keluarga inti kami terdiri dari 3 orang sehingga incaran kami adalah model city car. Bahan bakar irit dan harga ramah dikantong adalah kriteria selanjutnya. Bekas boleh, baru pun tidak di tolak, yang penting harganya sesuai kemampuan kami.

Informasi merek mobil, lokasi, harga, jarak tempuh, tahun pembuatan, transmisi, warna, bahan bakar, gaya hidup, eksterior, dan interior tersedia di web Carmudi. Lengkap. Kami bisa pilih yang mana saja karena pilihannya banyak. Wah aku jadi bingung nih mau menentukan yang mana. Aku serahkan urusan pemilihan mobil ke suami karena biasanya laki-laki lebih piawai untuk urusan otomotif.

Ohya, kemarin suamiku berbagi tips bagaimana cara cepat menjual mobil bekas. Boleh disimak tipsnya ya, siapa tahu berguna.

  1. Cek kondisi mobil dengan baik agar tampil prima dan tidak mengecewakan calon pembeli. Caranya dapat dengan membawa mobil ke bengkel langganan agar dilakukan perbaikan misalnya ganti oli, tune up, atau ganti perlengkapan yang sudah tidak layak.
  2. Bersihkan bagian dalam dan luar mobil agar kinclong. Calon pembeli pasti akan senang melihat kondisi mobil yang mulus pada pandangan pertama.
  3. Cek harga mobil di pasaran sehingga mobil tidak dihargai terlalu mahal atau terlalu murah.Kalau kemahalan, susah lakunya. Kalau kemurahan, rugi di pemiliknya.
  4. Tentukan tempat menjual mobil, bisa ke dealer atau bahkan ke end user langsung.
    • Menjual langsung ke dealer akan terhindar dari repot dan mobil biasanya langsung laku. Tapi harga yang diperoleh biasanya agak rendah dibandingkan harga pasaran karena dealer perlu mengambil margin keuntungan penjualan.
    • Menjual mobil ke end user atau pemakai bisa dilakukan dengan memanfaatkan internet misalnya melalui situs www.carmudi.co.id. Nanti penjual bisa berinteraksi langsung dengan pembeli tanpa perantara. Harga yang diperoleh bisa lebih tinggi dibandingkan menjual ke dealer. Namun pemilik mobil harus siap-siap repot karena perlu mengalokasikan waktunya memasang iklan, menjawab pertanyaan-pertanyaan calon membeli, melakukan test drive, mengurus pembelian dan asuransi, atau bahkan menerima komplain dari pembeli.
  5. Jika mobil sudah laku, serah terima bisa dilakukan. Pembayaran bisa dengan transfer bank atau bahkan tunai. Jika dengan uang tunai, hati-hati terhadap uang palsu ya. Ohya, jangan lupa disertai dengan kuitansi bermaterai ya dan ketika penyerahan kalau bisa di foto sebagai bukti mobilnya sudah laku dengan sah.

Suami sempat beberapa kali mendatangi dealer mobil dan menawarkan mobil hijau metalik kesayangan keluarga kami. Namun harga yang diminta dealer terlalu murah. Tidak mau rugi banyak, suami memutuskan menjual melalui internet dengan jasa situs jual beli mobil dan cara ini terbukti cepat laku. Harganya pun lebih tinggi dari harga yang diminta dealer. Horay 🙂

Cucu adalah obat kangen di masa tua mereka

Tiket perjalanan pulang kampung sudah ditangan, tinggal menunggu waktu itu tiba. Tak sabar rasanya menghirup udara pagi yang segar di kampung halaman, menikmati kuliner sederhana khas sana, dan yang terpenting adalah menengok orang tua serta bersilaturahmi dengan tetangga dan saudara-saudara.

Pulang kampung yang bertepatan dengan hari ulang tahunku, aku anggap sebagai bonus. Silaturahmi menjenguk orang tua ketika aku ulang tahun tersebut, aku harapkan bisa memperpanjang umur mereka, membahagiakan mereka dengan kedatangan kami, dan melancarkan rejeki mereka. Semoga mereka tetap sehat dan bisa melihat cucu-cucunya tumbuh dan berkembang. Tak banyak yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikan mereka, hanya datang membawa keluarga dan bercengkrama sampai malam semoga mampu menepikan kerinduan. Jika bukan kepada keluarga, kemana lagi kita akan kembali.

Bertambahnya usia dan kedewasaanku juga bermakna bahwa orang tuaku pun bertambah tua dan semakin renta. Maka sudah seharusnya kita membahagiakan mereka tanpa ditunda-tunda. Mama, aku pulang.


6 Komentar

Adie Riyanto · 23/01/2015 pada 4:32 pm

Kayaknya banyak banget sih yg ikut lomba blog ini. Semoga menang dan terkabul ya keinginannya. Aamiin 🙂

    Armita Fibriyanti · 23/01/2015 pada 4:49 pm

    iya, terimakasih ya mas atas doanya. Aamiin. Ikutan lomba ini juga gak?

leyla hana · 23/01/2015 pada 6:47 pm

Tips-tipsnya oke punya. Bisa merasakan kerinduannya kepada orangtua, apalagi jaraknya cukup jauh ya. Aku aja yang jaraknya deket, gak bisa tiap minggu juga pulangnya.

    Armita Fibriyanti · 23/01/2015 pada 7:09 pm

    Iya Mba Ela. Ke kutoarjo 8 jam perjalanannya naik kereta dari Bandung. Kalau pakai mobil bisa 10-12 jam. Makanya harus ambil cuti kalau mau lama liburannya

Fikri Maulana · 23/01/2015 pada 10:40 pm

Baru mampir udah suka sama tulisannya 🙂

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.