Beberapa malam yang lalu, saya tidur lebih awal dari biasanya. Jam 8 malam, saya sudah tidur. Begitu pula dengan suami dan Azril. Hanya Akmal yang masih terjaga. Saya merasa begitu capek dan ingin tidur lebih awal. Mungkin karena siangnya kami main-main ke Taman Lalu Lintas di Bandung sehingga malamnya baru terasa capek.

Saya heran dengan Akmal, walaupun seharian main di Taman Lalu Lintas Bandung, malamnya dia tidak merasa capek. Beda dengan saya dan suami yang langsung tepar begitu sampai rumah. Mungkin karena faktor usia juga ya yang membuat kami kelelahan mengasuh dua anak yang lagi aktif-aktifnya.

Akmal ini mungkin tenaganya terbuat dari batre unggulan. Walaupun sudah dibikin capek dengan main ini dan itu, tetap saja masih bersisa tenaga luar biasanya itu. 

Saya ingat, sebelum saya tidur, terdengar ada tukang nasi goreng keliling lewat di depan rumah. Akmal minta dibelikan nasi goreng ke Ayahnya. Dia gak minta tolong ke saya, karena dia tau saya sedang menyusui Azril dan sudah tergeletak tidak berdaya di kasur karena kecapekan dan sudah niat mau tidur. Maka dia ngajakin Ayahnya untuk beli nasi goreng.

Sambil ngantuk-ngantuk, saya dengar suami minta Akmal untuk segera makan nasi gorengnya. Akmal (usia menjelang 4 tahun) memang sudah biasa makan sendiri. Ketika diminta segera makan nasi gorengnya ini, Akmal gak segera makan. Alasannya karena nasi gorengnya masih panas. Sambil menunggu nasi gorengnya tidak terlalu panas, Akmal main lego sendirian. Saya tinggal tidur, gak bisa menemani dia main karena saya sudah gak kuat menahan kantuk. Paling masih ada suami yang menemani Akmal main.

Pas bangun keesokan harinya, saya agak surprise melihat rumah rapih. Tidak ada mainan berantakan seperti malam-malam sebelumnya. Lego-lego sudah masuk ke dalam tasnya. Tidak ada pula ceceran nasi bekas makan nasi goreng semalam. Cuma ada sebungkus kerupuk yang masih utuh. Mungkin gak di makan sama Akmal itu kerupuk.

Saya tanya ke suami, siapa yang membereskan mainan semalam. Kok semua mainan sudah masuk ke dalam tempatnya, termasuk lego. Tanya juga apa nasi goreng semalam habis dimakan sama Akmal semua. Kok tidak kelihatan sisa-sisa makannya.

Saya kira suami yang membereskan mainan-mainan itu. Eh bukan dia donk yang ngeberesin. Ternyata dia ikutan tidur juga saat saya tidur semalam. Saya sampai gak sadar kalau dia tidur dan Akmal malah main lego sendirian. Akmal juga yang ternyata ngeberesin lego setelah dia selesai main. Akmal juga makan nasi goreng sendiri malam-malam. Dia beresein piring bekas makannya dan meletakkan sisa nasi goreng yang tidak habis di atas meja dan ditutupinya dengan tudung saji.

Oalah, pantesan, gak ada sisa-sisa nasi goreng. Ternyata ada di dalam tudung saji. Saya pagi itu memang belum sempat membuka tudung saji makanya saya kira nasi gorengnya habis di makan Akmal (dan ayahnya). Wkwkwk.

Ketika Akmal bangun, kami coba tanya ke dia, siapa yang beresin lego dan nasi goreng. Rupanya memang dia sendiri yang membereskan lego-legonya, dia juga yang memasukkan sisa nasi goreng ke dalam tudung saji.

Mendengar jawaban Akmal, saya dan suami lumayan surprise dengan kejutan yang dibuat Akmal ini. Kami gak nyangka kalau dia sebaik itu. Mau membereskan mainan dan meletakkan piring setelah selesai makan pada tempatnya.

Kejutan-kejutan sederhana seperti ini membuat kami bahagia. Kecil, sederhana, tapi menyejukkan. Ternyata Akmal bisa juga melakukan apa yang kami ajarkan. Momen seperti ini memang kami tunggu-tunggu.

Kalau melihat sejarah ke belakang kami sebagai orang tua, mungkin hal-hal yang telah kami lakukan selama hampir 4 tahun ini juga berdampak pada sikap Akmal. Ini coba saya tuliskan ya apa saja yang sudah kami lakukan untuk Akmal.

  1. Menemaninya bermain ataupun belajar

 

Hal yang sebenarnya simple banget, menemani Akmal bermain ataupun belajar. Tapi ini pun sebenarnya butuh usaha. Karena sebagai ibu yang juga bekerja dari rumah sebagai penerjemah dan konsultan nama, tidak mudah mengatur waktu untuk menemaninya bermain ataupun belajar. Saya harus pintar-pintar membagi waktu antara menemani Akmal bermain dan mengerjakan orderan terjemahan maupun nama bayi dan perusahaan.

Karena Akmal belum masuk sekolah formal, maka yang bisa saya lakukan adalah menemaninya bermain sambil belajar. Memang belum ada jadwal khusus, hari ini harus apa, besok harus apa. Saya masih let it flow dan mengikuti Akmal maunya apa. Kalau dia pagi ini maunya sepedaan, ya saya ajak sepedaan keliling komplek. Kalau dia lagi pengen jalan aja ya sudah saya ajak dia jalan-jalan sambil lihat apa yang Allah sediakan di alam.

Siang hari, saat matahari terik, saya memilih mengajak Akmal bermain di dalam rumah sambil ngadem. Panas euy kalau bermain di luar. Nah saat Akmal bermain di dalam rumah seperti ini, saya bisa sambil bekerja mengerjakan orderan terjemahan ataupun pesanan nama.

  1. Melatih kreatifitasnya sejak kecil

 

Melatih kreatifitas di sini banyak bentuknya. Bisa sambil menemani Akmal menggambar, mewarnai, atau menemani saya memasak. Sumber ide untuk menggambar dan mewarnai ini biasanya saya peroleh dengan cara browsing di internet. Kalau untuk urusan memasak, Akmal sangat suka membantu saya. Mulai dari mengocok telur untuk membuat telur dadar, memeras santan, sampai urusan mengulek bumbu.

Akmal memang anak laki-laki, tapi bukan berarti dia tidak boleh terjun ke dapur. Saya membolehkan dan mengizinkan dia membantu urusan saya masak-memasak. Bahkan saya cenderung mengajaknya aktif di dapur. Untuk apa? Ya untuk melatih kreatifitasnya mengolah makanan supaya kalau dia besar nanti setidaknya dia sudah punya skill untuk bertahan hidup.

  1. Memberinya makanan yang sehat dan bergizi

Memberikan makanan yang sehat berarti kita juga harus memperhatikan bahan makanan yang akan kita olah menjadi masakan. Sebagai Ibu yang juga bekerja dari rumah, saya selalu berusaha memasak sendiri untuk anak-anak. Belanja setiap hari atau dua hari sekali di tukang sayur yang lewat depan rumah. Belanjaan ini kemudian saya simpan di lemari es supaya lebih awet dan tidak cepat layu atau busuk.

Dengan menyimpan sumber makanan di lemari es saya menjadi lebih tenang karena lemari es memiliki fitur kontrol kelembapan yang dapat menjaga sayuran saya di kondisi terbaik. Ataupun saat saya harus menyimpan daging, ayam dan ikan sekalipun, fitur prime fresh pada lemari es Panasonic mampu membekukan sekitar -3°C sehingga yang dibekukan hanya permukaannya saja. Pembekuan makanan dengan cara inilah yang akan menjaga bahan makanan dalam kondisi terbaiknya. Dengan memiliki bahan makanan yang baik dan fresh, tentunya saya dapat memberikan makanan yang sehat dan bergizi untuk anak-anak saya.

  1. Mengajarkannya mencintai lingkungan

Mencintai lingkungan yang saya ajarkan pada Akmal mulai dari hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan. Mulai dari mencintai lingkungan dengan menghemat energi ataupun menghemat air. Untuk menghemat air, biasanya saya ajarkan saat Akmal mandi atau saat saya mencuci pakaian.

Namanya juga anak-anak ya. Sukanya main air dan kadang buang-buang air. Misalnya pas lagi mandi, dia ngocorin kran air terlalu besar. Saat saya nyuci, air di ember dia buang. Air jadi cepat habis.

Kalau sudah begini, saya kasih pengertian ke Akmal. Selalu mengatakan berulang-ulang bahwa kita perlu hemat air. Buka kran air jangan besar-besar, kecil aja. Secukupnya kalau pakai air. Pun saat saya mencuci, jumlah air yang digunakan juga secukupnya, diusahakan tidak boros air. Didukung dengan mesin cuci Panasonic yang memiliki teknologi econavi, bisa menghemat air, menghemat waktu dan menghemat energi. Jadi saat menggunakan cara yang berbeda, hasilnya pun berbeda.

  1. Mengajarkannya mengepresiasi orang lain

Sesederhana mengucapkan terima kasih saat diberi bantuan oleh orang lain. Saya belajar bahwa sebenarnya orang lain akan senang jika kita apresiasi. Begitupun saat saya di apresiasi Akmal, saat ia sudah bisa membereskan mainannya sendiri dan bisa meletakkan bekas makannya pada tempatnya. Sederhana tapi bisa membuat saya senang dan terharu saat itu. Yang kemudian saya balas dengan ucapan terima kasih dan peluk untuk Akmal. He did a good job!

Beberapa hal yang saya sebutkan di atas yang saya sudah ajarkan pada Akmal sejak dia kecil. Saya rasa ini cukup berdampak pada sikap dan kepribadiannya saat ini. Saya percaya, hal-hal yang saya (sebagai Ibu) ajarkan akan berdampak besar pada Akmal di masa depannya termasuk untuk kepribadian dan pembentukan karakternya kelak. Menjadi Ibu yang baik, menjadi smart mom, menjadi ibu sebagai panutan untuk anak-anak, berarti saya menjadi Ecomom. Yang pasti, saya akan terus memberikan yang terbaik untuk anak-anak dan keluarga saya. Bukan terbaik untuk saat ini saja, tapi terbaik untuk masa yang akan datang juga.

Thanks Akmal, you made me as a good mom, you made me an ecomom!

Nah Bu-ibuuuu, apakah pernah mengalami mendapatkan kejutan dari anaknya seperti yang Akmal lakukan pada saya? Share donk. Sekalian nih pengen tau apa aja yang ibu-ibu ajarkan ke anaknya dan sangat berpengaruh pada sikap serta kepribadian anak-anaknya sekarang? Share lagi yuk sama saya, tulis di kolom komentar yuk! Terima kasih!

 

 

Kategori: Family

4 Komentar

echaimutenan · 28/12/2016 pada 9:15 pm

akmal so cuitttttt :”)
tapi raffi ga pernah itu beresin yang ada dah diberesin langsung dikeluarin semua -___________-

novaviolita · 28/12/2016 pada 10:21 pm

Akmal Pinter banget sih nak…., sehat terus ya…

Si Ramb · 28/12/2016 pada 11:24 pm

Sangat menginspirasi karena kelima point ini penting sekali. Sangat layak diterapkan anak. Semoga selalu ceria dengan sang buah hati ya kak. 🙂

Hastira · 29/12/2016 pada 2:56 am

wah anaknya pinter ya, good job

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.