Aku anak kampung. Terlahir dan besar di sebuah desa di pelosok Jawa Tengah. Semasa kecil, aku biasa bermain dengan teman sebayaku di alam ya di halaman, sawah, bahkan sungai. Gelak tawa dan canda ringan bersama anak-anak lain menghiasi ketika kami bermain kelereng, sudamanda, petak umpet, boneka atau sekedar masak-masakan dari bahan yang diambil di alam sekedarnya.

Waktu musim tandur (musim tanam padi) tiba, aku dan adikku suka ikut Bapak ke sawah, mengantarkan bekal makanan untuk para pekerja. Ketika Bapak sibuk bekerja di sawah, kami mencari belut di sela-sela pematang sawah. Bahagia tak terkira kalau ada belut yang berhasil tersangkut di pancingan sederhana yang kami buat secara manual. Jika Bapak sudah selesai dengan “tugas dinasnya” di sawah, kami ikut pulang dengan belut tergantung di sepeda tuanya dan kami berdua berdesakkan membonceng dibelakang mengulas senyum kemenangan. Yeay!

Lain cerita jika sudah mulai masuk masa panen padi. Inilah masa yang ditunggu-tunggu orang sekampung dan juga kami anak-anak kampung. Para orang tua mulai sibuk memanen dan menjemur padinya. Kami yang masih kecil-kecil akan ikut-ikutan sibuk pula dengan mencari-cari telur bebek yang mungkin tertinggal ditumpukan jerami di sawah. Yup, ketika masa panen, bebek-bebek biasa digembalakan di sawah oleh pemiliknya. Bebek-bebek ini akan memakan sisa-sisa gabah yang terjatuh di sawah ketika para buruh memanen padinya. Nah, ketika para bebek mencari makan, biasanya mereka juga akan bertelur di jerami. Kadang pemiliknya tidak teliti dan lengah melihat ada telur, inilah kesempatan buat kami mengambil semacam “harta karun” yang tertinggal.

Suatu kali, Bapak marah. Suaranya meninggi dan raut mukanya galak. Sore itu aku tak kunjung pulang, sudah dicari-cari ke tempat biasa aku bermain, tapi aku tak nampak. Aku pulang dengan baju basah, badan dekil, kulit bersisik, tanpa sandal dan kelaparan.

Jangan bermain di sungai musim hujan begini, air pasang, nanti kamu hanyut!!” Nasehat Bapak mengetahui aku seharian bermain di kali yang memang agak jauh dari rumah.

Kampungan banget ya. 😀

Ya begitulah, masa kecilku gak jauh dari sawah, tanah, sungai, dan air.

Beranjak dewasa, aku tinggal di kos-kosan jauh dari orang tua. Sudah (merasa) besar dan bisa jaga diri sendiri, aku dan teman-teman kuliah sepakat bermain air di sungai. Sekilas mengingatkanku akan masa kecil yang dilarang main di sungai oleh Bapak. Hehe. Mumpung lagi tinggal jauhan sama Bapak, aku setujuin aja ajakan teman-teman itu. Deal. 

Meluncurlah kami bareng-bareng ke Taman Wisata Matahari di Cisarua Puncak Bogor dan mencoba salah satu wahana wisata airnya, arung jeram. Dengan membayar Rp 25.000, aku sudah bisa menyusuri Sungai Ciliwung. Murah ya, soalnya cuma sebentar. Jarak yang ditempuh hanya 600 meter,  lumayan lah buat pemula yang belum pernah mencoba arung jeram sebelumnya seperti aku ini.

Deru air menabrak bebatuan terdengar jelas di telingaku. Aku siap turun ke sungai. Menerjang bebatuan dan membelah arus sungai. Baju pelampung dan helm sudah aku kenakan. Dayung juga sudah siap ditangan. Pemandu menyeret rakit dari pinggir sungai. Naiklah kami ke rakit dan siap terkoyak koyak di badan sungai oleh hempasan arus air yang mengalir agak deras. Bebatuan di kanan kiri rakit menghadang rakit kami. Kadang memutarkan rakit sampai 180 derajat. Kalau sudah begini, dayung kami gerakkan untuk memutarkan rakit kembali ke jalurnya, kembali susuri sungai yang berbatuan. Adrenalin naik turun. Justru inilah yang kami cari.

Baju yang sebelumnya kering jadi basah terciprat air. Pengalaman baru yang seru. Tidak hanya menaikkan adrenalin tapi juga berhasil menaikkan gengsi buat dipamerin ke Bapak kalau aku ternyata baik-baik saja main di sungai. Ampun Pak 😀

Aku dan teman-teman siap meluncur membelah Sungai Ciliwung. Dokumen Pribadi

Gak puas main rafting jarak dekat, aku si anak kampung ini ingin pengalaman yang lebih menantang lagi. Mencoba medan yang lebih ekstrim dan jarak yang lebih panjang.

Mendengar cerita Adikku yang baru pulang dari cave tubing di Goa Pindul, Jogja sepertinya menarik.  Eksotisme pemandangan indah dalam gua dibalut wisata susur air sungai dibawahnya. Melihat stalaktit dan air yang menetes dari tengah goa seperti butiran mutiara membasahi bumi. Dipamerkannya foto-foto dia berbasah air sambil mengendong ban. Iri? pasti

Adikku (baju biru) menantang adrenalin dengan bermain cave tubing di Goa Pindul, Yogjakarta. Dokumen Pribadi

Untuk saat dekat ini, sepertinya tidak mungkin kalau aku mengikuti jejak Adikku ke Goa Pindul. Selain karena jaraknya yang jauh (aku tinggal di Bandung sekarang), suamiku juga belum tentu dapat ijin dari kantornya. Praktis aku harus mencari wisata cave tubing yang dekat dan terjangkau dari Bandung.

Cave Tubing di Goa Sinjang Lawang Pangandaran

Penelusuranku terjawab. Ada sebuah destinasi menarik untuk bercave-tubing di Pangandaran. Tepatnya di Goa Sinjang Lawang di Dusun Parinengan, Desa Jadimulya, Kecamatan Langkap Lancar, Kabupaten Pangandaran. Goa ini memiliki panjang 500 meter, lebar 65 meter, dan tinggi 60 meter.

Di dalam goa, ada stalaktit di dinding dan langit langit goa yang bisa dinikmati oleh para pengunjung. Di siang hari, pengunjung bisa menikmati pancaran sinar matahari yang menembus gua melalui langit-langit gua yang terbuka lebar. Perpaduan yang indah dan dapat membuat pengunjung takjub. Di ujung goa, pengunjung akan melihat fenomena alam berupa ukiran batu yang membentuk hati di langit-langit gua. Indah bukan?

Goa Sinjang Lawang ini dilewati oleh aliran Sungai Cijulang dan merupakan wisata baru di Pangandaran yang tidak kalah menarik dari Green Canyon yang sudah ngetop lebih dahulu. Bahkan bisa jadi Goa Sinjang Lawang nanti bisa mengalahkan fenomena Green Canyon. Daripada mengunjungi daerah yang sudah biasa dikunjungi orang, aku lebih suka mengeksplor tempat wisata baru yang belum banyak orang. Rasanya lebih menantang. Siapa tau dengan aku mengunjungi Goa Sinjang Lawang, nanti akan semakin banyak orang yang tau dan semakin menghidupkan wisata lokal ini. Pede abis 😀

Untuk menuju goa tersebut, kita perlu menyusurinya dengan cara berenang menggunakan pelampung, helm, lampu kepala, dan ban karet. Tidak perlu membawa dari rumah, karena sudah disediakan oleh pihak pemandu wisata di sekitar wilayah tersebut.

Goa ini bisa diakses dari kawasan Pantai Pangandaran ke arah objek wisata Citumang. Waktu tempuhnya sekitar 30 menit dari Citumang menuju Dusun Parinengan.

Dengan kemampuan renangku yang biasa-biasa saja, aku yakin pasti bisalah sampai ke dalam goa. Apalagi ditambah dengan dilengkapi pelampung, pasti keamanannya terjamin. Karena ini yang pertama bagiku, pastinya ini akan jadi pengalaman yang seru dan menyenangkan, lumayan untuk melatih adrenalin. Terombang-ambing di antara bebatuan sungai. Tidak ada dayung yang membantu mengarahkan. Disini tantangannya, gimana nanti aku bisa sampai ditujuan dengan bantuan aliran air menuju ke dalam goa. Nih langsung aja lihat foto-fotonya yang aku ambil dari sini.

Menyusuri sungai menuju Goa Sinjang Layang menggunakan ban (sumber) Mulut Goa (sumber) Memasuki Goa (sumber) Ukiran berbentuk hati di atas goa yang bisa dilihat di akhir penelusuran goa (sumber) Pancaran sinar matahari di tengah goa menembus dinding goa (sumber) Batuan kapur yang terdapat di dalam goa (sumber)

Seru ya?

Lihat foto-fotonya aja aku udah mupeng banget pengen ke sana. Segera ajak keluarga dan basah-basahan bareng menyusuri Sungai Cijulang dengan ban masuk sampai ke dalam goa. Yuk, kamu mau gak bareng-bareng aku ke sana, bantu aku wujudkan impian mencacah adrenalinku? Pergi sendiri tuh gak enak, enakan pergi bareng-bareng. Yuk..yuk.. yuk..

Siap Tancap Gas

Akhir tahun ini suami punya jadwal cuti bersama. Pas banget bersamaan dengan liburan Natal yang jatuh hari kamis. Nah hari Jumat-nya kan kejepit tuh, jadi diliburin deh, dijadiin liburan bersama. Mumpung ada libur empat hari berturut-turut, pas banget nih kalau dipakai buat pergi tamasya berpetualang bersama keluarga. Take a little break. Release, refresh, and recharge. 

Karena aku punya impian untuk bercave tubing di Goa Sinjang Lawang Pangandaran, aku sedikit ngerayu suami supaya mau di ajak bareng sama-sama ke sana. Memang sih ini lagi musim hujan dan musim liburan, enakan di rumah aja. Gak macet. Tapi kapan lagi kalau gak akhir tahun ini? Yah hitung-hitung sambil nostalgia masa kecil yang sukanya main-main di sungai. 😀

Bandung – Pangandaran bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 – 5 jam menggunakan mobil. Jarak tempuh dari rumah di Cileunyi ke Pangandaran keitar 174 km dengan rute normal Cileunyi – Rancaekek – Nagrek – Malangbong – Tasikmalaya – Ciamis – Banjar – Pangandaran. Waktu tempuh total untuk sampai di Goa Sinjang Lawang kurang lebih 6 jam.

Perjalanan dari rumah ke lokasi akan melewati banyak pegunungan dengan jurang di kiri kanan jalan. Jalan pun nanti tidak akan terlalu lebar dan berkelak kelok, khas jalan-jalan di pegunungan di daerah Garut-Tasikmalaya-Ciamis. Jalan pun aku yakin tidak semua mulus, pasti ada yang berlubang-lubang. Ada yang di aspal, ada yang beton, ada yang bergelombang. Bahkan ada yang keriting dan berkontur naik turun dan berliku-liku.

Kondisi Jalan di Garut yang Berliku-liku (sumber dari sini)

Pemilihan kendaraan yang tepat adalah kunci awal suksesnya perjalananku menuju Goa Sinjang Lawang. Untuk perjalanan jauh dan medan yang cukup berat, tidak mungkin menggunakan tipe city car, yang paling cocok adalah mobil tipe sport yang bisa mengangkut penumpang dan barang berpadu dengan kenyamanan. Sport Utility Vehicle (SUV) adalah jawabannya.

Di Indonesia, ada beberapa beberapa tipe mobil SUV tersedia di pasar. Ada A, B, C, D, dan sebagainya. Aku paling sering dengar SUV andalah itu mobil keluaran dari Toyota, namanya RUSH. Dengar namanya aja udah menggelegar. Kata suami, mobil Toyota RUSH ini cocok banget buat dibawa ke Pangandaran. Yess, rupanya suami sudah kasih kode jadi nih kita berangkat ke Pangandaran.

Belum mampu beli sekarang, rental aja yuk Yah” desakku.

Boleh nih tancap ke Pangandaran pakai Toyota Rush, sekaligus test drive dan menjajal kemampuan menyetirku. Ohya, ngomong-ngomong SIM A-ku baru loh (sedikit pamer :D) sudah bisa nyetir mobil sendiri ke Pangandaran. Tidak perlu sewa supir karena nanti bisa gantian nyetir sama suami, lumayan, bisa menghemat beberapa lembar rupiah.

Berangkat ke Pangandaran dengan Toyota Rush

Kenapa Toyota RUSH?

1. Gagah

Nih, lihat ya, model luarnya aja sudah kelihatan sporty dan gagah. Dari depan, belakang, samping kanan, samping kiri, gagahnya maksimal. Model mobil ini juga kuat dan bisa diandalkan untuk sekedar menambah nilai prestise. Gak hanya bapak-bapak saja yang suka lihat penampilannya, bahkan kaum perempuan pun pasti kesengsem. Contohnya aku. Huehehe.

Saking gagahnya, menyetir mobil Rush juga terkesan sangar, lumayan mengurangi intimidasi oleh kendaraan lain. Kendaraan kecil misalnya sedan, biasanya sering dapat intimidasi dari kendaraan besar, atau angkot. Tapi kalau bawa Rush, pasti beda. Kendaraan lain gak akan mengintimidasi, cocok banget lah buat dibawa sama kaum hawa. Selain mengurangi intimidasi dari kendaraan lain, bisa juga mengurangi intimidasi dari orang-orang yang mau isengin.

Gagahnya Toyota Rush. Gambar pribadi

 

2. Kuat

Toyota Rush memiliki ground clearance (jarak terendah dari tanah) yang tinggi, jadi mobil ini aman banget untuk dibawa menerjang banjir yang menghadang, melewati jalanan rusak pun tak jadi masalah, dan jelajah segala medan. Aku gak perlu lagi was-was jika terpaksa menemui rintangan.

Di bawa pergi jauh-jauh juga pasti masalah. Gak perlu sering-sering berhenti untuk mendinginkan mesin. Bandung-Pangandaran bisa lah ya. Cincai lah 😀

Nih kalau di video ini bisa dilihat gimana kuatnya Rush menerjang medan ekstrim.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=W-AlewGwduo&w=560&h=315]

3. Nyaman

Tingkat kenyamanan adalah point penting lain yang perlu diperhatikan. Apalagi nanti kami akan bepergian ramai-ramai bersama keluarga plus bawa anak yang masih kecil. Karena ground clearance tinggi, pastinya penumpang yang ada di dalam mobil gak akan terlalu merasakan goncangan. Di jamin betah di dalam mobil dan gak akan merasa cepat capek.

Ditunjang dengan fitur-fitur canggih yang dimilikinya, pasti penumpang tambah betah deh, ada AC Double blower, sensor parkir, alarm, Anti Jam Protection dan immobilizer. AC sedingin kutub, gak usah takut kepanasan di dalam mobil. Mau dengerin radio, mp3, atau kaset CD tinggal klik. Ada airbag juga yang bisa memungkinkan kita terhindar dari benturan fatal atau sistem pengereman ABS yang memungkinkan kita untuk mengerem secara mendadak atau tiba-tiba. Wow banget ya. Kalau gak percaya, yuk langsung lihat aja video ini biar makin percaya.

 [youtube https://www.youtube.com/watch?v=Sw_FowpYXNs&w=560&h=315]

Tuh kan udah keliatan dari video di atas. Ekterior oke, interior juga te-o-pe be-ge-te. Di bawa ke medan menantang adrenalin juga yahud. Yang makai juga orangnya keren-keren. Aku pribadi sih juga pengen banget punya RUSH dan gak mau kalah keren sama mereka sama mereka.

Berhubung kalau sekarang belum mampu beli, boleh donk kalau aku punya mimpi mengasah adrenalinku ala petualang dengan cara membeli Toyota Rush. Memang berapa sih harganya. Menjawab rasa kepenasaranku, langsung saja aku tengok websitenya Toyota dan ini dia harganya Toyota New Rush On The Road (OTR) Jakarta ya (Desember 2014). Harga di tempat lain mungkin aja berbeda.

Harga Toyota New Rush (Sumber: Toyota Astra)

Dengan harga segitu, udah pas banget lah dengan fitur dan kenyamanan yang ditawarkan. Dijamin puas. Paling enak sih beli tunai ya, bisa langsung pakai tanpa harus mikirin cicilan. Hehehe. Santai, gak bisa beli tunai, bisa kok beli kredit. Langsung aja klik credit simulation-nya ya. Nanti bisa dilihat cicilannya dan bisa disesuaikan dengan kemampuan finansial masing-masing.

Toyota Rush, yuk bantu aku wujudkan impian mengasah adrenalinku dengan mengendaraimu dari rumah ke Pangandaran karena aku mau menambah level adrenalinku dengan main-main di sungai dan mencoba cave tubing di Goa Sinjang Lawang. Ayu yakin kali ini Bapak gak akan marah lagi sama aku karena ada suami yang menjagaku dan kamu Rush yang mengantarkan ke tempat tujuan dan mengembalikanku kembali dengan selamat ke rumah.

Mencintai alam adalah dengan tetap mengunjunginya tanpa merusak keaslian ciptaanNya. Biarkan alam tetap alami dan menawarkan keasriannya. Berpetualang adalah sarana kita mengenal masyarakat dan kearifan lokal. Bermain dengan alam juga merupakan salah satu sarana yang dapat kita gunakan untuk tetap menyukuri berbagai karya agung Tuhan Yang Maha Kuasa.


20 Komentar

NunungYuni A · 09/12/2014 pada 8:41 am

waaah goanya baguus banget. Medannya benar-benar menantang adrenalin ya makk….

    Armita Fibriyanti · 09/12/2014 pada 9:43 am

    Iya Mak. Bagus, makanya aku pengen ke sana. Udah pernah ke sana blm mak?

akhmad fuadi · 10/12/2014 pada 9:12 am

Hayuuuk siap konvoi pake Toyota Rush,

m_rifqi_s · 12/12/2014 pada 8:25 pm

Waduh…. keren banget goanya, kapan-kapan pengen kesana ah 😀

lieshadie · 13/12/2014 pada 12:04 pm

Iki bocah pancen nek nulis hayeeee……#btw selamat SIMnya baru…aku cukup sim C waelah…

Semoga menang yoo..ajak aku ke Pengandaran njuk an !

apri ani · 16/12/2014 pada 5:18 am

Baru tau di pangandaran ada tempat bagus sperti itu, jadi pengen kesana 🙂

    Armita Fibriyanti · 16/12/2014 pada 5:51 am

    Iya Mba, memang selama ini Goa Sinjang Lawang gak terlalu terekspose, jadi gak begitu banyak orang tahu. Padahal tempatnya indah banget. Hati ah kesana

bukanbocahbiasa · 16/12/2014 pada 6:06 am

Hohohoooo… KEREEEN sangaaat ini Maak… semoga JUARA yaaa.. 🙂

Riski Fitriasari · 16/12/2014 pada 10:41 am

Bagus banget goanya… jadi pengen ke sana… 🙂

Mukhofas Alfikri · 16/12/2014 pada 3:19 pm

merasa ada rasa bahagia di pelupuk hati terdalamku hehe abess baca neee

    Armita Fibriyanti · 16/12/2014 pada 3:44 pm

    Alhamdulillah jika turut memberikan kebahagiaan kepada yang lain. Terimakasih sudah berkenan mampir ya Mas Mukhofas.

Mukhofas Alfikri · 16/12/2014 pada 6:20 pm

merasa ada rasa bahagia di pelupuk hati terdalamku hehe abisss dan tak lupa pula sy mengucapkan kalimat pujian, subhanallahhhhhhhhhh…. aku suka ceritanyaaa bu..

    Armita Fibriyanti · 16/12/2014 pada 7:53 pm

    Iya, terimakasih ya apresiasinya. Mas Mukhofas ikut lombanya juga gak?

      Mukhofas Alfikri · 17/12/2014 pada 6:14 am

      karena eventnya dan informasinya udah telat saya ga bisa ikutan deh mbakyu..

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.