You say good morning when it’s midnight
Going out of my head alone in this bed
I wake up to your sunset, it’s drivin’ me mad
I miss you so bad and my heart, heart, heart is so jetlagged

Saya selalu bergidik, merinding, dan deg-degan melihat pasangan suami istri yang menjalani hidup berumah tangga jarak jauh. Terpisah jarak dan waktu karena tugas negara yang harus dijalankan. Yang satu di tanah air, satunya lagi di luar negeri. Yang satu tidur, yang satu masih melek seger. Yang satu mau sholat subuh, yang satu baru magriban. Walah.. walah..

Saya tau itu tidak mudah karena saya pernah mengalaminya. Walaupun cuma Bogor – Bandung dan ketemu seminggu sekali dengan suami, tapi rasanya seperti ribuan kilometer. Apalagi pasangan yang terpisah benua.

Kan bisa telpon, video call, chating sis?

Well,, bener banget. Tetep aja gak puas, teknologi itu tak mampu mengantikan kehadiran pasangan. Gak bisa meluk, gak bisa manja-manja dan gak bisa minta uang jajan tiap hari. #eh.

Posting apa sih nih pagi-pagi, hehe.. gak jelas. Ditulis dalam rangka tiba-tiba inget jaman tahun lalu pas masih jauh-jauhan sama suami. Ditulis juga dalam rangka pemanasan pagi-pagi sebelum ngerjain dokumen terjemahan. Mumpung Akmal masih tidur.

Jumat, semoga keberkahan selalu mengiringi kita semua termasuk pasangan suami istri itu yang harus hidup terpisah benua. Semoga Allah melanggengkan kehidupan pernikahan kalian, mencucuri dengan nikmat cinta & kasih sayang yang gak pernah habis, dan segera menyatukan kalian dalam hidup rumah tangga satu atap.

Aaamiin πŸ™‚

*Song by Simple Plan – Jet Lag


4 Komentar

trisakses · 19/04/2013 pada 3:00 pm

saya selalu tertarik dengan tulisan dengan tema “pernikahan jarak jauh” a.k.a “Long Distance Marriage”, karena beberapa bulan yg lalu ( untuk jangka waktu lebih kurang 2 tahun) saya masih menjadi salah satu anggotanya..
Tidak enak memang, tidak nyaman sama sekali.. Setiap hari selalu diliputi oleh kegundahan karena memikirkan bagaimana cara yang paling tepat untuk bisa hidup bersama-sama suami.
Dulu kami terpisah jarak (Banda ACeh-Palembang) karena tuntutan penempatan kerja.. dan sangat rumit sekali untuk memikirkan jalan keluarnya, bahkan saya sempat bertekad untuk berhenti saja dari tempat bekerja.
Qodarullah, Allah Yang Maha Baik, memberikan jalan yang begitu mulusnya, di akhir tahun kedua kami terpisahkan, Allah menganugerahi kami selembar SK mutasi yang didalamnya ada nama suami saya ( mutasi ke Palembang).
Begitulah, akhirnya kami pun bisa merasakan kehidupan suami istri yg sebenarnya..
Bersama-sama dalam satu rumah..

hehehe.. panjang banget komennya ya mba.. πŸ™‚
Salam kenal dari saya.. πŸ˜€

    Armita Fibriyanti · 19/04/2013 pada 3:18 pm

    Salam Kenal ya Mba Tri
    Iya, saya tau rasanya. Saya selama kurang lebih 7bulan menjalin rumah tangga seperti ini. Alhamdulillah keluarga kami sekarang menyatu. Tepat setelah menyatu kami langsung di beri momongan.
    Kado paling indah..

    Selamat buat keluarga mba tri & suami ya semoga keluarganya tambah bahagia udah seatap πŸ™‚

Sun · 20/04/2013 pada 3:25 pm

saya tak sanggup.
untuk itulah sy nguntit suami ikut hijrah k lain kota

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.