Melahirkan Anak Kedua – Part 2. Setiap Ibu punya kisah melahirkan yang beda-beda. Bahkan pada Ibu yang sama, setiap proses persalinan pun bisa beda-beda. Begitupun dengan saya. Persalinan pertama dan kedua beda banget. Supaya kisahnya tak lekang dimakan usia saya yang semakin menua, menuliskannya di blog adalah jalan termudah bagi saya untuk tetap membuat setiap proses persalinan itu istimewa.

Sesuai dengan janji saya untuk melanjutkan kisah persalinan anak kedua yang sudah saya tuliskan sebelumnya (baca: Melahirkan Anak Kedua), inilah kelanjutannya.



Senin 11 Mei 2015, pukul 20.00.

Di postingan sebelumnya, saya cerita kalau saya ditinggal suami ke Jakarta untuk urusan dinas dari kantor. Nah, kira-kira pukul 20.00, suami sudah sampai rumah. Dia langsung nanya, gimana kondisi saya, udah kerasa atau belum, udah berapa menit sekali. Saya jawab, sudah sih, pegel-pegel dan panas. Kontraksinya sudah 10 menit sekali. Tapi masih bisa ditolelir. Nyatanya saya masih bisa beraktivitas normal. Bahkan masih bisa duduk di depan computer, nyelesaiin tanggungan kerjaan terjemahan. Lagi-lagi saya bilang ke adik bayi (afirmasi), nanti aja lahirnya ya kalau Ibu sudah selesai ngerjain terjemahannya. Hihihi.

Bercak darah juga belum keluar, jadi saya masih tenang. Tetep melanjutkan kerja di depan computer.

Suami malah langsung pergi keluar bawa motor menuju minimarket terdekat. Ternyata suami beli stok makanan dan minuman buat persiapan saya melahirkan di klinik. Insting suami kali ya, begitu tau saya udah kontraksi 10 menit sekali, dia langsung beberes ini itu (plus panik). Padahal sayanya santai-santai aja tuh. Hahahaha.

Di kehamilan kedua ini, saya udah punya bayangan gimana rasanya kontraksi dan persalinan. Jadi bawaannya lebih tenang (dan cuek). Sudah lebih bisa mengatasi datangnya kontraksi. Bahkan kontraksi yang saya rasain sekitar jam 20.00an ini saya kira masih kontraksi palsu loh. Soalnya masih hilang-timbul gitu. Saya bawa aja beraktivitas biar gak terlalu kerasa.

Senin 11 Mei 2015, pukul 23.00.

Sambil ngetik, rupanya perut semakin panas. Saya sambil duduk sambil goyang kanan, kadang goyang kiri. Kalau masih sakit juga, saya ngetik sambil berdiri. Pokoknya ini kerjaan harus selesai sebelum lahiran. Saya sedikit ngebut dan konsentrasi penuh. Alhamdulillah kerjaan terjemahan akhirnya selesai. Langsung saya kirim files hasil terjemahannya ke klien dan tutup laptop. Pinter deh adik bayi, mau nungguin Ibunya selesai kerja dulu. Hihihi πŸ˜€

Suami tidur, tapi tiap 10 menit sekali dia bangun. Nanyain gimana rasanya. Saya masih tenang-tenang aja. Malah nyuruh dia lanjutin tidurnya dan minta tolong untuk jangan panic. Soalnya kalau dia panic, saya jadi ikutan panic.

Kirim whatsapp ke mama, ngabarin kalau saya sudah mulai mulas-mulas. Mau telpon takut ganggu istrihatnya, jadi weh kirim pesan via whatsapp aja.

Senin 11 Mei 2015, pukul 24.00.

Ngantuk banget, mata udah gak kuat buat diajak melek. Karena gak punya alas an kuat untuk melek, buat apa bergadang. Mending tidur aja.

Berbekal pengalaman melahirkan anak pertama dulu dan proses pemberdayaan diri yang saya pelajari untuk bisa melahirkan dengan lembut (gentle birth), akhirnya saya pun (berusaha) tidur. Sebelum tidur, saya ke kamar mandi dulu untuk buang air kecil. Eh sudah ada bercak darah merah coklat kental. Dalam hati saya membatin, oke, ini waktunya melahirkan, sebentar lagi kami bakalan bertemu dengan sang bayi.

Saya bangunkan suami, bilang kalau sudah ada bercak darah. Otomatis dia langsung panik (lagi) dan ambil kunci mobil. Siap-siap mau berangkat.

Eh tapi dasar sayanya bandel, saya malah minta dia untuk tidur lagi. Hihii. Nanti aja deh ke kliniknya kalau udah gak tahan, kata saya. Lagian ini mungkin masih pembukaan 3, perkiraan saya. Soalnya dulu pas Akmal gitu. Keluar bercak darah pas udah pembukaan 3. Daripada nunggu kelamaan di klinik, mending nunggu di rumah aja. Biar bisa sambil tidur-tiduran. Perkiraan saya siang atau sore bayinya lahir.

Yap, beneran, akhirnya saya bisa tidur.

Selasa 12 Mei 2015, pukul 02.00.

Perut rasanya makin panas dan mulas. Kontraksi beneran ini mah, bukan palsu. Tapi masih belum teratur, kadang 10 menit sekali kadang 5 menit sekali. Tapi saya udah gak tahan.

Bangunlah saya dari ranjang. Bangunin suami dan langsung minta dia siap-siap.

Sambil saya siap-siapin perlengkapan lahiran yang mau dibawa, suami bangunin adik ipar dan Akmal. Barang-barang sudah disiapin dari kemarin-kemarin, jadi tinggal masukin aja ke mobil. Tinggal cek-cek aja.

Sebelum berangkat ke klinik, saya SMS Bu Bidan ngabarin kalau saya sudah mulai mules-mules dan suami sempetin sholat malam dulu di rumah, minta kemudahan dan kelancaran untuk persalinan saya nanti.

Wanita Hamil

Selasa 12 Mei 2015, pukul 03.00.

Meluncur ke klinik berempat. Eh berlima ding, sama calon jabang bayi. Hehehe. πŸ˜€ Di mobil saya masih bisa ketawa-tawa, cengar-cengir, dan becanda sama Akmal. Bahkan saya masih bisa pangku Akmal yang masih terkantuk-kantuk. Maaf ya Akmal, kamu dibangunin dini hari dan tau-tau diangkut dimasukin ke dalam mobil. Keadaan gak memungkinkan kami ninggalin Akmal di rumah.

Sambil pangku Akmal, saya telpon Mama dan Bapak yang masih di Jawa. Ngabarin kalau kami sedang menuju ke klinik bersalin. Mohon doanya biar semuanya lancar. Ohya, Mama memang masih di Jawa karena tadinya mau ke Bandung hari Kamis 14 Mei. Gak papa deh Mama belum datang, yang penting doanya. Untungnya adik ipar sudah datang di Bandung jadi bisa diminta bantuannya untuk pegangin Akmal pas saya bersalin nanti.

Setelah telpon Mama, saya langsung telpon Bu Bidan. Gak diangkat. Oke, coba telpon lagi. Masih gak diangkat juga. Suami mulai panic. Waduh Bu Bidan jangan-jangan tertidur dan gak dengar ada panggilan masuk.

Mulas yang saya rasain semakin hebat. Gelombang cintanya semakin besar. Perut semakin sering kencang. Pinggang pun panas. Setiap kontraksi datang saya minta suami berhenti nyetir dan menepi ke pinggir jalan.. Ada kali tiap 100 meter sekali saya minta suami berhenti. Gak kuat rasanya kalau pas kontraksi datang mobil masih melaju. Untungnya dini hari, jadi gak kena macet. Bayangkan kalau pas tengah hari bolong, pasti jalanan macet. Kebayang situasinya bakalan panic sangat.

Saya masih terus berusaha telpon klinik. Masih belum ada yang angkat. Situasi makin panic. Apalagi sang suami, paniknya melebihi saya. Karena telpon gak di angkat-angkat, dia bolak balik nanyain ke saya kemungkinan ganti ke rumah bersalin lain. Tapi saya bersikukuh untuk melahirkan di klinik tempat biasa saya periksa. Saya yakin ada bidan jaga di klinik makanya saya tetap minta suami menuju ke klinik tersebut.

Bayangkan, di dalam mobil saya sudah tidak bisa kalem lagi. Sambil terus menyebut Asma Allah, saya berusaha menenangkan diri. Saya minta pinggang belakang untuk ditekan-tekan ke adik ipar. Melihat saya teriak-teriak kesakitan dan gak kuat menahan nyeri, Akmal ikut-ikutan panic. Menangislah dia di punggung saya karena melihat Ibunya kesakitan.

β€œAyaaaaah… pengen e*k” teriak saya kencang ke suami. Saya benar-benar merasakan dorongan bayi yang kuat dan tiba-tiba di perut. Rasanya sudah ingin mengejan dengan kuat.

β€œTahan dulu ya Bu, sebentar lagi kita sampai klinik” jawab suami.

β€œTapi aku udah gak tahaaan”

Selasa 12 Mei 2015, pukul 04.00.

Sampai juga di klinik setelah perjalanan yang menegangkan. Klinik bersalin yang seharusnya bisa dicapai dalam 15 menit kali ini 60 menit baru sampai.

Begitu sampai klinik saya langsung keluar dari mobil. Masih bisa jalan walaupun nyeker tanpa alas kaki. Pengen langsung sampai ke dalam klinik, peduli amat dengan sandal yang ketinggalan di dalam mobil.

Suami langsung ketuk-ketuk pintu klinik, untungnya selang beberapa detik Bidan jaga langsung keluar dan mendapati saya yang sedang tersungkur terkapar di lantai teras klinik.

β€œBu Bidan, saya mau *ek… gak tahan Buuu…”

β€œSebentar ya Bu, kita periksa dulu sudah bukaan berapa”

Karena sudah gak kuat jalan lagi, suami dan bidan langsung bopong saya di bawa ke ruang bersalin. Secepat kilat Bidan mempersiapkan perlengkapan persalinan dan pasang sarung tangan. Saya langsung buka celana dan segera Bidan cek pembukaan.

β€œSudah pembukaan 10 Bu, kalau mau ngeden langsung aja” Pantas saja sudah pembukaan 10 sejak di jalan tadi saya sudah merasa ingin mengejan.

Oke, siap.. tanpa menunda-nunda saya langsung mengejan. Satu kali mengejan rambut sudah langsung keliatan, dua kali mengejan setengah kepala keluar, tiga kali mengejan seluruh kepala keluar, dan empat kali mengejan seluruh badan bayi keluar.

Alhamdulilah, Allahu Akbar…

Allah mudahkan kelahiran si kecil. Terimakasih ya Allah atas kemudahan ini.

Sambil IMD (Inisiasi Menyusui Dini), suami yang sedari tadi mendampingi persalinan ini segera mengadzani anak kedua kami. Bu Bidan dan asistennya segera membantu kelahiran plasenta dan dilanjutkan dengan menjahit robekan karena persalinan.

Tidak ada pendarahan pasca persalinan yang disebabkan adanya varises vagina seperti yang saya khawatirkan sebelumnya (baca: Hamil dengan Riwayat Varises Vagina).

Azril, day 1. Sambutan hangat dari sang kakak kepada adik bayinya Hari pertama kumpul, masih di klinik bersalin Cinta Bunda, Bandung

Melahirkan anak kedua ini prosesnya lebih lancar dan ternyata sangat cepat. Alhamdulillah Allah mengabulkan doa-doa yang selalu saya panjatkan yaitu bisa melahirkan di waktu dini hari ketika keadaan lebih tenang dan syahdu, bisa melahirkan dengan ditemani keluarga lengkap (apalagi Akmal bisa menunggui dan masuk ruang bersalin), bisa melahirkan setelah hutang pekerjaan terjemahan selesai, dan berbagai situasi yang kondusif lainnya. Yang lebih penting, anak kami lahir dengan sehat dan sempurna tanpa kekurangan suatu apapun. Saya juga pun sudah kembali sehat dan bisa beraktivitas normal lagi.

Azril anakku, jadilah pribadi yang sempurna dalam ikhtiarmu, baik perangaimu, sholeh, mudah memaafkan, tampan jiwa dan ragamu, teguh, bijaksana, memiliki pengaruh dan kekuasaan, unggul, dan kelak bisa menjadi insan yang bertaqwa seperti doa yang kami selipkan dalam namamu, Azril Adhiatqa Hasan.

Words can not express the joy of new life.Β (Hermann Hesse)




25 Komentar

Ihwan · 28/06/2015 pada 8:07 am

Selamat atas kelahiran anak keduanya, semoga menjadi anak sholeh yang menjadi penyejuk hati kedua orang tuanya, penyelamat di dunia dan akhirat, aamiin.
Kami juga pengin nambah anak yg kedua namun masih ditunda dulu sebab saya mau tugas belajar dan harus LDR. Salam kenal dari Keluarga Biru πŸ™‚

    Armita Fibriyanti · 28/06/2015 pada 8:09 am

    Terimakasih atas doanya ya Pak. Semoga keluarga Bpk nanti diberikan anak kedua pada saat yang tepat ya Pak.

Aireni L.B. · 28/06/2015 pada 1:03 pm

Selamat atas kelahirannya, Mak…dari jarak tempuh 15 menit menjadi 60 menit….tidak terbayang ketegangan dalam perjalanannya…sempat ngeri juga bacanya, bagi yg belum pernah mengalaminya, seperti sya πŸ™‚

    Armita Fibriyanti · 28/06/2015 pada 1:51 pm

    Terimakasih Mak Aireni.. iya, jadi tiap 5/10 menit sekali berhenti sambil menunggu perut tidak kontraksi baru jalan lagi… melahirkan itu nikmat kok, jangan takut ya ^^

cputriarty · 28/06/2015 pada 5:54 pm

hiksss saya jadi mewek dan terharu melihat perjuangangan Mak Armita melahirkan, maklumlah saya ketiga kali caesar, Kelahiran pertama anak kembar,s atu gak ada. Yang kedua cewek, sungsang alasannya, yang casar ketiga mengulangi jahitan yang kurang sempurna karena mengalami infeksi.Senang sekali membaca tulisannya πŸ™‚
Salam taklim saya dari Kudus – (@cputriarty)

    Armita Fibriyanti · 28/06/2015 pada 6:59 pm

    Cesar atau normal dua duanya penuh perjuangan semua ya Mak πŸ™‚ yang penting skrg anak anak sehat semua yaa…

fanny fristhika nila · 29/06/2015 pada 7:18 pm

ya ampuuun, aku ngilu baca ini mba -__-… syukurlah si baby selamat ya…smoga bisa jd anak yg baik dan bisa diandalkan πŸ™‚

    Armita Fibriyanti · 30/06/2015 pada 1:18 am

    Hehe, nikmat kok mak melahirkan itu.. makasih ya atas doanya πŸ™‚

ndop · 30/06/2015 pada 4:11 pm

Aku melu mrinding moco proses kelahirane kak. Selamat yaaa.. jenenge apik <3

Dhita Arie · 27/07/2015 pada 7:10 am

Assalamualaikum mba Armita ☺
saya juga sedang hamil anak kedua dengan jarak dekat hanya selisih 1 tahun dg kk nya (tapi belum lahiran perkiraan agustus) bener ga sih kalo uda 37w sidebay memang belum turun kepanggul ya? katanya kalo udh kontraksi baru turun kepanggul?

    Armita Fibriyanti · 28/07/2015 pada 2:52 pm

    Walaikumsalamwrwb. Untuk kehamilan kedua, biasanya bayi memang baru turun panggul ketika sudah mendekati saat lahir. Beda dengan kelahiran anak pertama, bayi sudah harus masuk panggul ketika umur 37w. Semoga membantu ya Bu.

    Ohya Bu, jika ingin mendapatkan referensi nama bayi, bisa berkunjung ke blog saya yang satunya http://www.armitaconsultant.com. In Sha Allah saya bisa bantu untuk pembuatan nama bayinya.

Ina · 09/12/2015 pada 10:45 am

Menikmati banget ceritanya…. Secara nih lagi mau ngadepin persalinan. Mdh Mdh an lancar, flek sudah muncul td pg

    Armita Fibriyanti · 14/12/2015 pada 2:22 pm

    Aamiin. Sekarang sudah lahir ya Bu babyna?

      Ina · 14/01/2016 pada 5:11 pm

      Alhamdulillah mbak udah lair,umur sebulanan. Sayang belum sempet crita di blog

rafi merbamas · 25/01/2016 pada 10:17 pm

Assalamu’alaikum..maaf mba pertnyaan nya beda sma yg crta diatas..sya lagi hamil 9 buln sdng mnanti klahiran anak ke 2..kbtulan sya bca crta mba..ada varises vagina jg.sya mnglami hal yg sma..apakah mba varises nya ada dlam miss v nya..sya dibilng dok ada bgian dalmnya jg..yg slngkangan nya jg ada benjoln biru..apakah mba ada diliat dalam miss v nya..

    Armita Fibriyanti · 26/01/2016 pada 4:01 am

    Walaikumsalamwrwb. Varises saya baru ketahuan pas melahirkan Mbak. Sebaiknya Mbak Rafi menanyakan langsung ke dokter/bidan tempat biasanya Mbak periksa soalnya punya saya tidak kelihatan kalau dari luar.

inun · 17/08/2016 pada 10:00 am

mba, kalo persalinan normal gtu habis berapa Di klinik Cinta bunda?

    Armita Fibriyanti · 17/08/2016 pada 10:59 am

    Kemarin saya habis 2 jutaan Mbak.

      Anisya · 07/12/2016 pada 11:38 am

      Mba bisa minta alamat klinik cinta bunda?

Anisya · 06/12/2016 pada 10:07 pm

Bisa minta alamat klinik cinta bunda itu dmana ya mba?

sevita · 09/01/2017 pada 12:57 pm

Hihihi….baca artikel mbak armita bikin sy menangis tersedu2 mbak…saat ini sy mnunggu kelahiran ank kedua.dg jarak 4 th.khamilanku msuk mggu ke 39.ank prtma mau msuk mnggu 40, udh lahir…n prosesny cpt.tp yg ini kontraksiny udh dr semingguan lbh.smpe g bs ngitung.saking bnykny.smoga kemudahan mb armita akn sy alami ya mbak
Mohon doanya

Miminazuzza · 25/02/2017 pada 7:31 pm

Jadi ikutan tegang juga bacanya kebetulan saya lagi program hamil untuk anak ke2 setelah 5 tahun lalu ngelahirin anak pertaman hihi

Melahirkan Anak Kedua – Part 1 | ARMITA FIBRIYANTI · 28/06/2015 pada 7:36 am

[…] Kelanjutan ceritanya bisa di baca di Melahirkan Anak Kedua – Part 2. […]

Melahirkan dengan bantuan Dana BPJS | ARMITA FIBRIYANTI · 03/07/2015 pada 1:42 pm

[…] kan saya sudah cerita tentang proses melahirkan anak kedua bagian 1 dan 2, nah sekarang saya mau sharing seputar penggunaan dana BPJS untuk biaya persalinan ya. Siapa tau […]

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.