29 September 2011, tak terasa  dua puluh lima hari sudah kami melalui hari- hari di September ini sebagai pasangan suami istri,  masih pendek memang untuk ukuran sebuah pernikahan, bisa dikatakan masih seumur benih jagung , namun dari dua puluh lima hari itu, ada banyak  pelajaran yang bisa kami petik dari perjalanan pernikahan kami, dan memang tidak mudah untuk membangun keluarga seperti yang kita ingin capai dengan waktu sependek itu. Dinamikanya  mungkin tidak bisa di bayangkan sebelumnya, namun bagaimanapun kami bersyukur karena kami bisa terus belajar dari apa yang telah kami kami lalui, belajar memahami dari apa yang telah terjadi dan apa- apa yang ada pada diri kami berdua. Semoga ke depan kami bisa terus menjadi pribadi- pribadi yang lebih baik dalam kerangka pernikahan yang telah kami bangun ini. Menjadi keluarga berkualitas yang pada akhirnya memiliki kontribusi terhadap peradaban umat manusia.

Banyak dari kita memaknai pernikahan sebagai sebuah agenda sakral dalam berkehidupan di muka bumi, manusia tidak boleh main- main dengan apa yang disebut pernikahan. Pernikahan menjadi fitrah manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan manusia berpasang- pasangan. Pernikahaan menjadi kebutuhan setiap insan, pernikahan menjadi sarana penenang jiwa, sarana berbagi rasa dan berbagi apapun yang menjadi kebutuhan seorang insan.

Pada dasarnya pernikahan atau perkawinan tidak hanya dibutuhkan oleh manusia saja, namun juga oleh semua makhluk- makhluk lainnya. Mengapa setiap makhluk melaksanakan perkawinan..?, M. Qurais Sihab dalam bukunya Pengantin Al-qur’an menjelaskan  setiap makhluk melaksanakan pernikahan atau perkawinan adalah karena ada sesuatu dalam diri setiap makhluk yang tidak kecil peranannya dalam wujud ini.  Ia adalah naluri yang melahirkan dorongan seksual. Ikan- ikan mengarungi samudra yang luas menuju tempat terpencil, untuk memenuhi naluri itu guna melanjutkan generasinya.  Pernahkah kita menyaksikan sepasang burung merpati berkicau dan bercumbu sambil merangkai sarangnya..? Tidakkah bunga- bunga mekar dengan indahnya, merayu burung dan lebah agar mengantarkan benihnya ke kembang lain untuk di buahi? Bahkan atom pun yang negatif dan positif, elektron dan proton bertemu untuk saling tarik demi memelihara eksistensinya. demikianlah naluri makhluk, masing masing memiliki pasangan dan berupaya  bertemu dengan pasangannya.  Inilah yang disebut dengan law of sex –hukum berpasangan – yang diletakan Sang Maha Pencipta bagi segala sesuatu. Dengan demikian  perkawinan atau pernikahan adalah sunnatullah dalam arti “ketetapan Tuhan yang diberlakukannya terhadap semua makhluk” . Begitu pula dengan manusia, pernikahan menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi selain karena naluri dan mempertahankan eksistensi seperti yg di katakan M. Qurais Sihab, namun utamanya sebagai bentuk  ketaataan kita kepada Tuhan dan kecintaan kita kepada Rosul. “Menggenapkan Separuh Agama

Pernikahan  bukanlah sesuatu yang hanya bersifat transaksional saja, yang terbatas pada peran dan kewajiban statis seseorang atas konsekuensi logis dari pernikahan itu sendiri.  Pernikahan adalah agenda manusia yang bersifat transformasional. Sebuah proses kemitraan emosional dan intelektual antara suami dan istri, dimana ada sebuah proses  untuk saling mengisi saling melengkapi , proses saling belajar untuk menjadi lebih baik terhadap dirinya maupun pasangannya, proses saling memperbaiki saling mengoreksi, proses yang mengubah pasanagan menjadi lebih cerdas secara emosional, intelektual maupun spiritual yang pada akhirnya pernikahan akan membentuk pribadi- pribadi suami istri yang semakin berkualitas baik secara individu maupun pasangan suami istri itu sendiri sebagai sebuah kesatuan keluarga. Pernikahan adalah sarana yang akan mengantarkan kita pada keberkahan, ketenangan hidup dan keindahan hidup dalam mengarungi setiap detik putaran waktu kehidupan meraih curahan rahmat Sang Pencipta. Semogga Allah menjadikan keluarga ini keluarga yang barokah, memiliki ketenangan dinamis, mencapai derajat sakinah, aamiin.

~Kang Pupung~

Tulisan ini juga sebagai hadia untuk sahabat kami, Anum Petalarifarrdhi dan suaminya,  yang juga baru saja mengenapkan separuh agama mereka. Semoga kebahagiaan dan cinta kasih selalu bersama kalian berdua dan keluarga 🙂 🙂


2 Komentar

danik · 06/10/2011 pada 10:06 am

siip..betul sekali..smg klian bs slg menyempurnakan satu sm laen shg mnjd kelg yg sakinah sampe akhir hayat..slmt menempuh hidup baru y

    Armita - Pupung · 06/10/2011 pada 10:23 am

    amin…. terimakasih ya Mba Danik atas doanya.. salam kenal dari saya, Armita 🙂

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.