Merencanakan Keberangkatan ke Tanah Suci.Β Tepat satu bulan kemarin, umat Islam di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha yang juga dikenal dengan istilah Hari Raya Haji. Di hari yang istimewa ini, umat Islam berkumpul di pagi hari dan melaksanakan Sholat Ied bersama-sama. Setelah sholat Ied selesai, penyembelihan hewan kurban akan dilaksanakan. Ritual ini akan berulang lagi setiap tahunnya.

Hari raya Idul Adha adalah puncak dari ibadah haji. Haji adalah rukun islam yang kelima setelah sahadat, sholat, zakat, dan puasa. Saya sendiri belum pernah melaksanakan ibadah haji ini. Kendala utamanya ada pada masalah biaya. Bukan rahasia lagi jika menunaikan ibadah haji butuh biaya yang sangat besar. Betul, sangat besar terutama bagi saya yang berasal dari keluarga sederhana.

Bapak Ibu saya, keduanya adalah abdi negara di sebuah kabupaten kecil di Jawa Tengah. Berapalah gaji mereka, yang penting cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan cukup untuk biaya kami sekolah. Bahkan, untuk menutupi kekurangannya, Bapak saya juga sambil bertani, mengolah sawah warisan yang luasnya tidak seberapa. Ibu saya? jangan tanya, beliau juga sambil membuka warung kelontong di depan rumah dan sempat juga menerima order jahitan.

Begitulah, sedikit protret kesederhanaan keluarga kami. Saya dan keluarga, belum satupun diantara kami yang pernah berangkat ke tanah suci.Β Tentunya, jika kami punya harta berlimpah, naik haji adalah hal yang mudah. Tapi kami perlu mengumpulkan uang puluhan tahun demiΒ memenuhi panggilan Allah tersebut.



Awal tahun 2012, Bapak saya pensiun. Sebagai abdi negara, Bapak memperoleh uang pensiun dari negara. Uang pensiun tersebut ditambah dengan tabungan beliau kemudian dipakai sebagai uang DP haji untuk dua orang: Bapak dan Ibu. Keberangkatan mereka In Sha Allah tiga tahun lagi. Mohon doanya.

Saya pribadi tentu turut merasa gembira akan rencana keberangkatan haji kedua orang tua saya, meskipun itu masih tiga tahun lagi. Naik haji, yang semula adalah hal yang mustahil bagi kedua orang tua saya, In Sha Allah akan menjadi nyata.

Belajar dari kasus orang tua saya yang akan pergi haji di usia menjelang senja, saya bertekad bahwa setidaknya kami bisa berangkat haji lebih muda. Target saya, usia 45 tahun, saya sudah pergi haji. Sekarang, usia saya 29 tahun. Berarti masih ada waktu sekitar 16 tahun mempersiapkannya. Masa tunggu haji di Kabupaten Bandung, tempat tinggal saya sekarang adalah 12 tahun yaitu sampai tahun 2029. Jadi, target saya naik haji 16 tahun lagi tidaklah memberatkan dan masih dalam batas normal. Syukur-syukur bisa dipercepat, misalnya masa tunggunya jadi 5Β tahun. Aamiin.

Well, enam belas tahun adalah waktu yang cukup lama. Mari siapkan dari sekarang karena kalau bukan sekarang kapan lagi. Salah satu persiapan naik hajiΒ adalah merencanakan keuangan untuk haji.

Perencanaan ini adalahΒ sebuah langkah awal dalam mengupayakan agar apa yang kita kerjakan nanti bisa berjalan dengan baik, terkontrol, dan tepat sasaran. Pernah dengar quote “gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan”? Yess! Saya percaya itu. So, mari kita rencanakan keberangkatan haji ini sebaik-baiknya.

  1. Tetapkan target kapan berangkat

Seperti yang saya ceritakan di atas, target saya adalah 16 tahun lagi. Kenapa perlu bikin target? Supaya kita jadi semangat untuk mengejar impiannya. Soalnya, pengalaman pribadi, kalau tidak ada target, jadi males-malesan. Buatlah target yang rasional dan tidak membebani supaya ketika menjalankannya tidak ngos-ngosan dan tidak memaksakan.

Tepat 2 tahun yang lalu, di bulan yang sama, saya menuliskan di blog ini sebuah keinginan terpendam saya, bahwa saya ingin memenuhi rukun Islam yang kelima ini. Saya tidak ingin naik haji sendiri karena saya maunya ditemani suami. Bukankah jika bepergian sebaiknya wanita harus ada yang menemani?!

Menuliskan impian di blog adalah bagian dari usaha memenuhi target ini. Menjadi pengingat di kala lupa dan juga menjadi penyemangat untuk yang lain.

2. Menghitung ongkos naik haji

Untuk naik haji itu kan perluΒ sejumlah uang untuk mendapatkanΒ nomor porsi. Nilainya Rp 25 juta, semacam uang DP. Kalau dulu, bisa pakai dana talangan haji, jadi calon jemaah bisa mendapatkan nomor porsi terlebih dahulu. Tapi sekarang sudah tidak berlaku lagi dana talangan haji ini. Mau tidak mau, harus menggenapinya sendiri.

Kalau uang sejumlah Rp 25 juta ini sudah terkumpul, calon jemaah akan mendapatkan nomor kursi. Nanti akan dibantu oleh bank dan Kementrian Agama. Setelah nomor kursi didapat, jamaah tidak bisa langsung berangkat, melainkan harus menunggu dulu (masa antri). Di Kabupaten Bandung, masa antri/daftar tunggunya adalah 12 tahun, seperti yang saya ceritakan di atas.

Tahun 2015 ini, ongkos naik haji sekitar 34 juta. Β Diperkirakan, 16 tahun lagi, ongkos naik haji akan menjadi 167 juta (lihat ilustrasinya). Ohya, saya rencananya menggunakan haji reguler ya karena alasan biaya. Jika ada rejeki lebih, tentu saya juga mau gabung dengan haji program plus yang lebih singkat waktunya (namun lebih mahal). Biaya yang saya ilustrasikan ini adalah biaya haji reguler. Tentunya, program haji plus akan berbeda lagi hitungannya.

Simulasi ongkos naik haji. Sumber www.simulasideposito.com/simulasi_tabungan_haji.php

Nah, biar cepat dapat nomor kursi, saya bertekad untuk melunasi uang kursi ini dulu yaitu 25 juta di kali dua (buat saya dan suami). Jadi perlu 50 juta untuk dapat kursi dua orang. Target saya, dua tahun ini bisa lunas. Empat belas tahun sisanya digunakan untuk mencicil sisa ongkos naik haji.

Setelah saya hitung, cicilan per bulan untuk tabungan haji saya selama 14 tahun ini adalah sekitar Rp 850.000. Untuk dua orang, cicilannya menjadi Rp 1.700.000 per bulan.

Simulasi ongkos naik haji. Ilustrasi pribadi.



3. Membuka tabungan khusus haji

Saat ini ada banyak bank yang membuka jenis tabungan khusus untuk haji. Pilih saja salah satu yang sesuai dengan kebutuhan. Saya sendiri sudah membuka tabungan haji ini tahun 2014.Β Besaran setoran pertama saya dulu adalah Rp 500.000. Setoran selanjutnya bisa berapa saja, minimal Rp 50.000 kalau tidak salah.Β Syarat membuka tabungan haji cukup mudah yaitu mengisi form pembukaan rekening haji, KTP, NPWP, dan sejumlah uang untuk setoran pertama.

Tadinya, saya tidak akan membuka rekening tabungan khusus haji, toh bisa juga disimpan bareng dengan uang saya di rekening tabungan yang lain. Tapiii.. ternyata uangnya jadi kepakai terus. Saya tergoda untuk menarik uang tersebut karena merasa aman, ada uang di tabungan.

Maka, demi mengamankan arus kas dan investasi, saya membuka rekening khusus untuk haji. Yang mana, uang di rekening ini tidak bisa diambil, apalagi cuma untuk keperluan jajan. Hehehe.

Perbedaan saya rasakan setelah buka rekening haji ini. Saya jadi lebih disiplin menyetor uang cicilan dan juga jadi tidak gatel untuk mengutak-atik uang ini. Istilahnya, uang ini sudah ‘dikunci’ khusus untuk keperluan haji.

4. Konsultasikan dengan Perencana Keuangan

Karena naik haji butuh dana yang lumayan besar, ada baiknya konsultasikan dengan perencana keuangan yang sudah bonafit. Saya yakin mereka pasti bisa membantu kita dan memberikan saran terbaik demi terwujudnya mimpi ke Baitullah.

Buat keluarga saya sendiri, rasanya cicilan Rp 1,700,000 per bulan untuk tabungan haji ini adalah bilangan yang besar. Soalnya ada juga cicilan-cicilan lainnya. Hiks. Misal: cicilan rumah, cicilan dana pendidikan anak, pensiun, dan cicilan panci. Eh, gak ding, yang panci mah gak pernah nyicil, Alhamdulillah bisa beli cash.

5. Berdoa

Tidak ada yang merubah takdir kecuali doa dan doa adalah senjata orang mukmin. Begitulah, ketika segala daya upaya sudah kita lakukan semaksimal mungkin, berdoalah kepada Allah SWT, Sang Pemilik Kehidupan. Pasrahkan hasilnya kepadaNya untuk mengharapkan yang terbaik.

Bismillah, doakan ya.

Allah memanggil kita hanya tiga kali: adzan, umroh/haji, dan kematian.

Labbaika Allahumma labbaika.
Labbaika la syarika laka labbaika.
Innal hamda wanni’mata laka wal mulka.
laa syarika laka.

Ya Allah, aku datang karena panggilanMu.
Tiada sekutu bagiMu.
Segala ni’mat dan puji adalah kepunyanMu dan kekuasaanMu.
Tiada sekutu bagiMu.

Semoga Allah meridhoi usaha kami dalam upaya mewujudkan impian ke tanah suci dan mengabulkan doa-doa yang kami lantunkan setiap harinya.

Semoga Allah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kami, rejeki yang melimpah dan berkah sehingga melaksanakan ibadah haji bisa meningkatkan keimanan kami sekaligus wujud syukur atas semua yang sudah dianugerahkan.

Aamiin.


48 Komentar

Ila Rizky · 25/10/2015 pada 5:27 pm

naiknya banyak juga ya, mba. tiap tahun selalu naik. semoga ada rezeki biar bisa naik haji. πŸ™‚

Ida Tahmidah · 26/10/2015 pada 2:12 am

Kereen…. jadi pengen cepet naik haji πŸ™‚

Langit Amaravati · 26/10/2015 pada 8:18 am

Rencana kayak gini nih yang asyik, biar ga keteteran. Amin, didoakan semoga lekas jadi hajah. πŸ˜€

Pakde Cholik · 26/10/2015 pada 1:17 pm

Perencanaan yg bagus. Niat baik saja sudah dicatat sbg kebaikan.
Semoga diijabah Allah Swt.Amiin
Salam hangat dari Jombang

zoeherlina siregar · 26/10/2015 pada 1:26 pm

Ujung”nya koq iklan asuransi…hehe.
Tab.haji reguler skrg hrs lwt bank syariah.
Kecelakaaan spt kena musibah crane mendpt tanggungan dr pemerintah Arab S, Ga usah repot mikir asuransi..namanya jg mau ibadah…hehe .
Yg penting tinggalkan dana utk yg ditinggal (utk anak”)….
Dikota sy sby th ini sy kena 37.650.000
ONH Plus min.150jt..mau yg enakan 200-300jt…monggo nabung trs.

    Armita Fibriyanti · 26/10/2015 pada 1:40 pm

    Hehehe, tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi menulis yg diadakan Sunlife, jadi saya berusaha mengaitkannya. Hmm.. mahal juga ya jika ingin yg onh plus. Betul, mari kita giat menabung =)

kania · 26/10/2015 pada 2:14 pm

wah, semoga lancar perjalanannya nanti ya mba

evrinasp · 26/10/2015 pada 2:36 pm

aamiin yra, targetku baru umroh dulu nih, sing lancar ya mit insyaa Allah niat baik akan selalu ada jalannya

Ratna Dewi · 26/10/2015 pada 3:21 pm

Wah mba mita udah merencanakan, aku jg pengen nih. Jadi biar pas naik haji masih muda krn katanya haji itu ibadah fisik. Tapi sekarang ini pengennya umroh dulu sih buat pemanasan, hehe

    Armita Fibriyanti · 26/10/2015 pada 3:34 pm

    Iya Wi, umroh lebih mudah dan cepat ya.. aku juga pengen deh umroh.

Gustyanita Pratiwi · 26/10/2015 pada 3:36 pm

menang menang menang, bahasanya enak bangett hihi

    Armita Fibriyanti · 26/10/2015 pada 3:56 pm

    Makasih Gusti. aamiin. Kamu ikutan gak

      Gustyanita Pratiwi · 26/10/2015 pada 4:17 pm

      aku yang ini skip mb mith…ga mudeng asuransi akuuw, teorinya puyeng

        Armita Fibriyanti · 26/10/2015 pada 4:19 pm

        Oke Gus.. πŸ™‚ yg cocok di hati dan pikiran aja ya. Aku ngerti dikit soalnya pernah dateng ke seminarnya Sunlife dan Safir Senduk

bukanbocahbiasa · 26/10/2015 pada 3:56 pm

Infografis kece, kalimat yang enaaaak dibaca, suka suka sukaaa!

Pertiwi Soraya · 27/10/2015 pada 6:43 am

Aminn…semoga hajat kita tercapai ya mak. N smoga menang di kompetisi sunlife nya πŸ™‚
N thank you so much buat infonya. Bermanfaat banget. Ternyata yang besar2 itu emang perlu diuat detail2nya ya. Jadinya yg kelihatan berat banget tu jadi lebih ringan sebenarnya. Tinggal kitanya aja yg kudu konsisten menjalankan komitmen kita. Semangat menggapai impiaannnnnn !✊✊✊

Nunung Yuni Anggraeni · 27/10/2015 pada 8:45 am

Waah nggak bayangin ya 16 tahun lagi biayanya menjadi 167 juta. Banyaak bangeet. Alhamdulilah sudah nunggu antrian sejak tiga tahun lalu..

    Armita Fibriyanti · 27/10/2015 pada 8:52 am

    Saya baru mau melunasi uang kursi Mba.. hehehe Mba kapan rencananya berangkat?

elangdrum · 27/10/2015 pada 11:05 am

Subhanallah, terima kasih atas infonya. Kebetulan saya baru buka tabungan haji di salah satu Bank Syariah. Semoga kita sama-sama bisa berangkat ke tanah suci, Amin!

damarojat · 27/10/2015 pada 4:23 pm

wahhh…167?? brarti rupiah sangat, sangat terpuruk saat itu ya mbak? *merinding*

Ayunovanti · 27/10/2015 pada 6:13 pm

Tipsnya oke jg mbakk…Target sy dalam 5 tahun ini pingin umroh dulu.. mertua saya baru saja daftar hajii tahun ini dan berangkatnya 15 tahun lagi. Lama juga ya πŸ™‚

    Armita Fibriyanti · 28/10/2015 pada 9:05 am

    Iya, kalau haji memang lama. Saya juga kepengen umroh.. doain ada rejekinya ya.

anissa novita · 27/10/2015 pada 8:10 pm

saya malah kepikiran haji backpacker mbak

Anisa Ae · 28/10/2015 pada 8:45 am

Wah, banyak juga naiknya.
Semoga saya ada rezeki buat nabung naik haji. πŸ™‚

    Armita Fibriyanti · 28/10/2015 pada 9:11 am

    iya, berkali kali lipat. Aamiin, semoga rejeki kita juga naiknya berlipat-lipat ya Mba.

Astri Hapsari · 28/10/2015 pada 1:16 pm

jane enak nabung emas kalau buat haji karena nilainya stabil

Astin Astanti · 30/10/2015 pada 3:28 pm

aaamiiiin, semua berawal dari mimpi, niat dan langkah untuk melakukannya ya. Jadi inget GAmu..duuuh

Pen Alquran · 10/11/2015 pada 9:38 am

banyak juga ya naiknya …

Anjar Sundari · 12/11/2015 pada 1:19 pm

aamiin semoga terkabul ya mbak…

saya juga pengin naik haji atau kalau dilihat daftar tunggunya lamaaa banget…umroh nggak apalah… πŸ™‚

Pemi Pidianti · 19/11/2015 pada 9:58 pm

Aamiin.. nulisnya dari hati yg paling dalam.. jadi enak bacanya.. insyaAllah menang lombanya.
aq targetnya sebelum umur40 tapi sampai sekarang blm buka tabungan haji.. wah siapa tahu bisa barengan berangkat hajinya ya mit.. aamiin

    Armita Fibriyanti · 20/11/2015 pada 7:23 am

    aamiin… ayo ke sana bareng-bareng yuk Pem… anak-anak titip sementara ke Mbah nya hehe

Ruang Freelance · 14/01/2016 pada 10:19 am

Kalo belum pernah ke tanh suci sebaiknya buat rencana untuk umroh dulu apa langsung haj sih mbak? kalo umroh kan biayanya lebih kecil jadi bisa lebih cepet ke tanah sucinya, kalo haji nabungnya bisa lamaaaa banget ya…

    Armita Fibriyanti · 14/01/2016 pada 1:44 pm

    Gimana skala prioritasnya sih. Kalau saya ingin haji dulu. Kalau ada rejeki mudah mudahan bisa umroh..

Cara Mendaftar Haji (1) – Armita Fibriyanti · 20/01/2016 pada 6:30 am

[…] Baca: Merencanakan Keberangkatan ke Tanah Suci […]

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.