Setahun yang lalu, saya dan suami berdiskusi bahwa kami perlu pindah tempat tinggal. Pindah rumah tapi tidak mau jadi “kontraktor” terus-terusan. Lah terus caranya gimana? Ya mau gak mau kami harus membeli sebuah rumah baru. Daripada uangnya habis buat ngontrak rumah ya mending di alihkan buat bayar cicilan rumah. Ya toh?

Kenapa sih harus pindah rumah?

  • Letak kurang strategis. Rumah kontrakan kami terletak jauh dari jalan raya sehingga membuat suami saya harus menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke tempat kerja. Pada situasi yang normal, suami saya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di kantor. Namun pada hari yang macet, suami harus menghabiskan waktu 1 jam. Kasian kan..
  • Akses transportasi. Tidak ada angkot yang masuk ke dalam perumahan tersebut. Sehingga saya perlu ngojek sejauh 4 km biar sampai di rumah kontrakan tersebut. Berhubung belum punya mobil dan motor cuma 1 (dipakai suami kerja), jadi saya harus mengandalkan ojek untuk pergi kemana-mana.
  • Banjir. Saat musim hujan, perumahan tempat kami mengontrak dulu, pasti selalu tergenang air. Maklumlah, dulu sebelum jadi perumahan, lahan tersebut adalah lahan persawahan. Air dari tempat yang lebih tinggi pasti akan mengalir ke daerah ini.
  • Air mengandung besi (air berwarna kuning). Air adalah alasan utama kami pindah. Karena lahannya dulu adalah bekas lahan persawahan, maka airnya berwarna kuning yang mengandung banyak besi. Jika didiamkan lebih dari 2 hari, maka air yang tertampung di kamar mandi akan berubah warna menjadi kehitaman. Kebutuhan air untuk masak, kami penuhi dengan cara membeli air dari tukang galon dorongan yang setiap pagi berjualan di komplek perumahan.



Berbekal alasan-alasan tersebut, kami pun berburu calon tempat tinggal baru dengan dua syarat utama:

  • Letak lebih dekat dengan kantor suami dan
  • Lokasi lebih strategis.

Sebulan perburuan kami dimulai untuk mencari sebuah rumah tinggal yang cocok dengan selera dan kebutuhan kami berdua. Walah jan.. ternyata mendapatkan rumah itu tidak mudah yaa. Seperti layaknya mendapatkan jodoh, maka keduanya harus cocok. Ada rumah yang suami saya suka, tapi saya kurang menyukainya. Begitu pula ketika saya cocok dengan satu rumah, tapi suami tidak suka. Ada yang bagus, lokasi strategis, tapi mahal. Uang kami tidak cukup. Ada yang sesuai anggaran kami, tapi lokasinya di jauh di puncak bukit dan kurang strategis. Uang memang menjadi pertimbangan utama kami dalam mencari rumah. Kami tidak mau membeli rumah yang terlalu mahal dan tidak sesuai dengan kondisi keuangan kami sehingga nanti kami kesulitan untuk melunasinya.

Sampai pada akhirnya kami secara tidak sengaja menemukan rumah sejuk kecil tipe 36/90 di kaki Gunung Manglayang, Bandung yang dekat dengan kantor suami. Yah kira-kira 5km dari kantor suami (yang ternyata kemudian kami tahu bahwa rumah kami dan kantor suami berada di kaki gunung yang sama, cuma beda sisi, kantor suami juga kelihatan dari rumah kami). Syukur sekali kami langsung cocok begitu masuk untuk pertama kalinya ke perumahan ini. Pandangan pertama memang begitu mengesankan. Sampai-sampai saya memaksa suami untuk membeli rumah di lokasi tersebut karena faktor pandangan pertama tersebut.

Gerbang masuk perumahan dimana kami jatuh cinta pada pandangan pertama

Pemandangan Gunung Manglayang dari Komplek Perumahan

Setelah selesai melihat-lihat calon rumah, kami pulang kembali ke rumah kontrakan. Kami berdiskusi panjang untuk membahas mengenai rencana mengambil rumah yang waktu itu di bandrol Rp 156 juta. Kami menghitung kondisi finansial kami saat itu dan prediksi beberapa tahun kedepan akan seperti apa. Ternyata kondisi keuangan kami tidak cukup untuk membeli tunai rumah tersebut. Mau tidak mau, kami harus membeli dengan cara kredit 15 tahun. Wah.. kalau dengan nyicil bisa nih kayaknya rumah ini kebeli, meskipun dengan jangka waktu 15 tahun…*lamanyaa….

Kami pun bergegas mencari informasi ke tim marketing perumahan tersebut bagaimana caranya jika kami membeli rumah tersebut dengan cara kredit. Ternyata tidak sulit loh prosedurnya kalau kita ikutin satu per satu persyaratannya.

Singkatnya, kami berhasil mengumpulkan semua persayaratannya dan menyerahkan berkas-berkasnya ke tim marketing perumahan tersebut. Kurang lebih perlu waktu satu bulan untuk proses BI checking dimana mereka memeriksa apakah kami punya tanggungan hutang atau tidak, pernah kredit macet atau tidak.

Berita gembira, kami lolos dari BI checking dan kami bisa memiliki rumah tersebut. Pada 7 Maret 2012 kami melakukan akad jual-beli rumah di salah satu bank milik pemerintah di Bandung. Syukur banyak kami panjatkan karena kami tidak perlu mengontrak rumah lagi.

Sebenarnya, kami memang memaksakan diri untuk membeli rumah tersebut. Banyak orang yang bertanya, masih muda kok sudah membeli rumah. Apalagi status suami saya yang baru sekitar satu tahun kerja dan status saya yang masih mahasiswa rasa-rasanya mustahil bagi kami memiliki sebuah rumah pertama. Ditengah himpitan keuangan keluarga yang agak sempit, kami pun berhasil mewujudkan kepemilikan rumah ini berkat pandangan pertama yang begitu menggoda. Dalam waktu 15 tahun lagi, rumah ini bisa kami miliki sepenuhnya.

Prinsip membeli rumah dengan lokasi yang strategis itu tidak akan pernah rugi. Jika sudah niat, maka urusan akan menjadi mudah. Apalagi niat kami juga sebagai ladang untuk berinvestasi. Nilai rumah makin lama pasti makin naik. Benar saja dugaan kami, bahwa ternyata harga rumah di komplek yang kami tinggali saat ini harganya terus naik. Kami bersyukur bahwa keputusan membeli rumah mungil minimalis ini sudah benar.

Proses pindahan barang ke rumah baru

Kurang lebih sebulan sejak akad jual-beli rumah, kami memutuskan untuk pindah dari rumah kontrakan ke rumah baru kami. Dengan dibantu beberapa rekan, kami memindahkan barang-barang kami yang tidak banyak dari rumah kontrakan menuju rumah baru kami. Setelah selesai membereskan barang-barang tersebut, kami pun mengadakan sebuah syukuran kecil agar rumah yang kami tempati menjadi rumah yang penuh berkah, dan mendatangkan kebahagiaan bagi penghuninya.

Rumah kami tampak depan

Rumah ini adalah tempat kami berkumpul disaat sedih maupun bahagia, saat susah maupun sukses. Rumah idaman yang nyaman dan sesuai dengan harapan kami karena proses mendapatkannya harus disesuaikan dengan kebutuhan kami berdua.

Terimakasih pandangan pertama, kini memiliki rumah bukanlah hal sulit bagi kami dan rumah inilah yang menjadi awal harapan kami dalam mewujudkan keluarga yang harmonis, bahagia, sejahtera, dan penuh cinta. Semoga perjalanan ini penuh dengan keberkahan yang terus berlanjut.




9 Komentar

Idah Ceris · 17/01/2013 pada 6:27 pm

Waaaaaaah, rumah baruuuuuu.
Senangnya ya, Mba. Ini seprti rumah idaman, kan jatuh hatinya sejak pandangan pertama tuh. 😉
Kata salah satu teman saya tuh “kalau gak punya utang, hidupnya gak akan berkembang”. Tidak masalah untuk waktu 15 tahun lamanya, yang penting bisa bahagia dan kumpul bersama keluarga. 😉

Terimakasih sudah ikut meramaikan syukuran GA Langkah Catatanku, Mba Armita.
Salam Senyuum. .. ^_*

    Armita Fibriyanti · 18/01/2013 pada 8:11 am

    ihhiii.. yg punya hajat udah mampir.. thanks ya mak 🙂
    iya bener, hutang itu salah satu cara menyambung hidup.. tapi ya jangan kebanyakan hutang juga kali yaa.. 😀

drkamilia · 22/01/2013 pada 10:18 am

barokalloh ya…rejeki memang takdir ALloh termasuk rumah ya mit…..
mgkn jg rejeki dedenya ya…..
dl aq jg h-seminggu sebelum melahirkan dihadiahi rumah (rumah dinas suami)…
Alhamdulillah jd nda ngerepoti bpk ibu mertua dengan tangisan aiman kl malem….

cceu geuyish · 23/01/2013 pada 9:58 am

Rumahnya cantikbangett….mau,mau,mau..msh ada stok kah?hehe
Cicilannya brp tiap bulan mbk?

    Armita Fibriyanti · 23/01/2013 pada 12:49 pm

    masih banyak stok.. cicilan per bulan tergantung uang muka dan mau ambil cicilannya berapa tahun..
    semoga membantu ya 🙂

      Yeni · 29/01/2013 pada 8:21 pm

      Salam, mbk,, saya YENI dari Pekanbaru. Rencana mau pindah ke Bandung. Maka dr skrg browsing Dan cari cari info dulu. Daerah apa di banding yg Aman untuk tempt tinggal Dan harga masih terjangkau ( dibawah 250 jt) Ada tk sd sma. Mohon bantuan ya mbk. Thanks

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.