Jika kamu berpikir aku baik-baik saja selama 3 tahun terakhir ini, bisa jadi kamu salah.

Kesehatan fisikku memang tidak ada masalah. Aku tampak sehat dan bugar dari luar. Aku masih bisa beraktivitas dengan lancar dan lincah setiap harinya.ย Alhamdulillahย Allah sudah menganugerahkan kesehatan yang luar biasa kepadaku belakangan ini.

Tapi taukah kamu bahwa aku menyimpan nestapa yang selama ini aku sembunyikan. Selama ini aku tidak berani menceritakannya kepada publik, hanya teman-teman dan kerabat dekat saja yang mengetahuinya. Maka hari ini aku beranikan menceritakannya kepada teman-teman berharap bahwa aku bisa menjadi lebih legowo dan ikhlas menjalani kehidupanku sekarang dan di masa yang akan datang.

Aku pada dasarnya adalah wanita sang pemilik jiwa petualang. Aku senang sekali berada di area terbuka, bertemu banyak orang, menghadapi pengalaman baru, jalan-jalan menyusuri tempat baru, mencoba berbagai kuliner nusantara, main ke sana ke mari, mengunjungi lokasi wisata, dan sejumlah aktivitas lain di luar rumah.

Kehidupan pernikahanku sudah berlangsung hampir 4 tahun. Setahun pertama pernikahan aku masih disibukkan dengan aktivitas kuliah dan menyelesaikan tesis. Aku tinggal di Bandung sementara tempat kuliahku ada di Bogor. Nyaris hampir tiap minggu aku pasti menempuh perjalanan Bandung-Bogor bolak-balik. Aktivitas yang sibuk namun aku sungguh menikmatinya.

Semakin kita sibuk, semakin pintarlah kita mengatur waktu.ย Aku mendengarย quoteย ini dari suamiku sendiri. Dan memang benar, jika kita sibuk, maka kita akan terhindar dari santai-santai, menunda-nunda pekerjaan, melamun, ngrumpi gak jelas, dan lain sebagainya.

Tahun 2012, aku di wisuda. Selesai juga tugasku jadi mahasiswa pasca sarjana. Tepat tiga bulan sebelum aku wisuda, aku melahirkan seorang anak laki-laki. Episode kehidupan berganti dari kegiatan mahasiswa yang biasa sibuk di kampus menjadi kehidupan ibu rumah tangga dengan segambreng urusan domestik.

Mengurus rumah, suami, dan anak pertama-tama memang menyenangkan. Tapi lama-lama aku bosan seharian di rumah terus. Kegiatannya itu-itu aja, di ulang-ulangi terus setiap hari. Rasanya aku pengen jambak-jambak rambut sendiri kalau sudah berada pada titik bosan yang akut.

Kembalikan kesibukanku seperti dulu. Mana? Kemana sajakah mereka?

Beberapa kali proposal bekerja di luar rumah aku tawarkan kepada suamiku. Dan berkali-kali pula dia tidak mengijinkan. Alasannya anak. Mau dikemanakan dia, siapa yang mau ngasuh, masa tega ninggalin dia sendiri di rumah dengan pembantu dan alasan lain yang tentunya atas nama anak.

Oke sip, aku bisa menerima alasannya. Tapi pedulikah dia kalau aku juga perlu berkegiatan di luar rumah. Aku mau ketemu orang, aku butuh mengembalikan jiwa petualangku.ย Desperate housewife,ย begitulah aku.

Aku sering mengutuk diriku sendiri. Menangisi nasib kenapa aku harus menjadi ibu rumah tangga tanpa aktivitas jelas. Omongan orang-orang yang sering mengatakan untuk apa sekolah tinggi-tinggi sampai S2 kalau cuma tinggal di rumah? Mending kerja aja diluar, lebih enak. Begitu kata mereka.

Sedikit banyak, nyinyiran mereka masuk kepikiranku.ย Bantal pun sering menjadi saksi tangisanku. Beberapa kali aku menangis di malam hari. Membalikkan badan dan memunggungi suami, aku terseguk menahan suara agar suamiku tidak mendengar suara tangisanku.

Mengomel gak jelas dan marah-marah tanpa sebab mengisi hari-hariku. Tak jarang anakku sering aku jadikan sasaran kemarahan. Rewel dikit aku cubit atau aku bentak dia. Berhentikah tangisannya? Tentu saja tidak. Anakku malah semakin menangis. Kemudian kami berdua sama-sama menangis.

Aku frustasi.

Kami tinggal sebagai perantauan di Bandung. Orang tua dan mertua semuanya tinggal di kota yang berbeda. Kerabat dekat tidak ada. Nyaris gak punya tempat untuk sekali-kali nitipin anak. Kadang bisa sih nitip sebentar ke tetangga, tapi kan gak enak kalau kelamaan, siapa tau mereka juga punya keperluan.

Aku suka iri melihat ibu yang bisa ‘me time’ย sama dirinya sendiri. Ke salon, jalan-jalan, atau plesiran tanpa digendoli sama anak. Anak tinggal dititipkan ke orang tua. Aku? Boro-boroย ‘me time’,ย kerjaan rumah aja sering direcokin sama anak.

Aku juga mungkin tak seberuntung teman-teman seangkatanku yang sekarang sudah mencapai level manager di kantor tempatnya berkerja dengan berpuluh-puluh bawahan siap menerima pekerjaan. Mereka sebentar-sebentar terbang ke luar negeri.ย Check in-outย di hotel yang berganti-ganti tiap minggunya. Unggah foto icip-icip makanan nusantara di lokasi yang berbeda-beda. Aku? sambil nyuapin anak dirumah cuma bisa nyengir.

Sampai suatu ketika aku membaca sebuah quote, entah dimana, aku lupa.


Berhentilah mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin untuk penerangan.ย 


Aku mulai memikirkanย quoteย tersebut siang dan malam. Ada benarnya, bahwa ternyata selama ini aku terlalu fokus memikirkan takdirku harus menjadi ibu rumah tangga yang begini-begini saja. Aku justru tidak memikirkan bagaimana caranya merubah kehidupan di rumah menjadi lebih istimewa.

Suamiku memang tidak mengijinkan aku bekerja di luar rumah, terutama pekerjaan yang terikat waktu. Maka jalan tengahnya adalah mencari kesibukan usaha yang bisa dilakukan dari dalam rumah sembari mengasuh anak.

Kemudian aku jadi terpikir untuk mengaktifkan kembali usaha yang dulu pernah aku rintis namun menjadi vakum. Tahun 2010, aku pernah merintis sebuah usaha jasa konsultasi pembuatan nama bayi secara online. Namun karena kesibukanku menjadi mahasiswa, usaha tersebut sempat mati suri.

Suamiku menyediakan modal dengan membelikanku sebuah modem beserta kartu internet dan paket datanya di tahun 2012. Tiap bulan, dia juga rajin top up mengisi pulsanya jika paket datanya habis. Ketika HPku rusak mati total dan gak bisa dipakai sama sekali, dia rela menggelontorkan uang gajiannya untuk membelikanku sebuah smartphoneย seri terbaru. Semuanya dia berikan untuk modal usaha onlineku.ย Diharapkan, aku bisa lebih betah di rumah karena ada kesibukan baru di rumah tanpa meninggalkan tugas utama menjadi istri dan ibu.

Suamiku juga menawariku jasa seorang pembantu untuk sekedar bantu-bantu di rumah. Biar aku gak capek katanya. Suamiku juga yang sering mengajakku jalan-jalan di hari Sabtu dan Minggu, biar aku gak bosan dirumah. Kalau aku sedang malas memasak, maka dia gak segan turun langsung ke dapur atau keluar rumah membelikan sayur dan lauk untuk makan. Suamiku juga yang sering pijitin kakiku malam-malam, kalau aku sering mengeluh kecapekan seharian ngurus rumah dan anak.

Sebenarnya, kurang baik apa coba suamiku, sudah menyediakan ini itu di rumah biar aku betah. Kerja keluar rumah siang malam mencari nafkah dan tidak merelakan aku cape-cape terkena panas dan hujan. Disuruh tinggal di rumah ngurusin rumah tangga aja malah kebanyakan protes.

Sepertinya, masalah memang ada padaku. Kurang bersyukur dengan nikmat yang sudah Allah beri. Suami dan orangtua sering menasehati bahwa banyak wanitaย diluar sana yang mengincar posisiku. Ingin jadi seperti aku.ย Enak tinggal dirumah yang gak perlu naik turun kereta atau berdesak-desakan di bis, kehujanan-kepanasan naik motor, kena asap, jerawatan, polusi, dan sebagainya. Gak perlu grasa-grasu di pagi hari, gak perlu takut pulang kemalaman. Cukup tinggal dirumah, terima uang dan suami sudah menjamin kesejahteraan.

Hmmm.. benar juga. Aku terlalu melihat apa yang aku tidak punya, padahal terlalu banyak yang sudah aku punyai tapi lagi-lagi aku kurang bersyukur. Suami yang baik, keluarga yang mendukung untuk tetap fokus mengasuh anak, kesehatan yang berlimpah, anak yang sehat, rejeki yang lancar.

Seorang teman kuliah, yang juga sekarangย full timeย di rumah, lagi-lagi menasehati aku. Dia katakan, ridhonya istri itu ada di tangan suami. Kalau suami mengijinkan, maka lakukan. Kalau tidak mengijinkan, turuti saja.ย In Sha Allahย nanti akan lebih banyak hikmaknya. Intinya, jadi istri kudu nurut sama suami.

Nasehat dan peringatan tersebut adalah tamparan halus tapi cukup menyakitkan.ย Perlahan-lahan, aku mulai menerima kenyataan ini dan membangun kesibukan yang bisa dikerjakan dari dalam rumah dengan menjadi seorang konsultan nama, aku bisa membenahi kehidupanku menjadi lebih tenang dan tidakย kemrungsung.ย Yah meskipun aku kadang masih juga marah-marah sama anak, tapi frekuensinya gak sesering dulu. Aku mulai bisa berdamai dengan diriku sendiri.

Ini ada beberapa aktivitasย yang aku lakukan untuk mengatasi kebosanan menjadi ibu rumah tangga.

  1. Buat blog. Awalnya, blog ini aku buat hanya untuk menyebar undangan pernikahan online. Berhubung temanku dan suami tersebar dimana-mana, jadi kami sepakat untuk menyebar undangan pernikahan via online, lumayan ngirit $$$ hihihi. Lama-kelamaan, aku mulai sering update perkembangan pernikahan kami lewat blog ini. Tulisannya juga masihย geje.ย Kemudian aku mulai merasakan manfaat dari blog ini seperti menambah pertemanan, berbagi pengalaman, sampai juga bisa menghasilkan pendapatan. Tulisanku juga sekarang jadi lebih beragam.
  2. Bergabung dengan komunitas blogger.ย Ada banyak komunitas blogger di dunia maya, tapi yang paling sering aku pantengin adalah Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Warung Blogger (WB). Dari KEB dan WB aku bisa tau blogger-blogger hebat di luar sana.
  3. Membuat bisnis online.ย Aku kembali mengaktifkan usaha jasa pembuatan namaย yang sempat vakum. Awalnya aku hanya membuka jasa untuk pembuatan nama bayi saja. Tapi kemudian, atas ijin Allah SWT, aku jadi bisa membuka konsultasi untuk pembuatan nama perusahaan, brand, produk, dan toko. Aku juga mulai terbuka ke khalayak bahwa aku juga adalah seorang penerjemah dokumen untuk pasangan Bahasa Indonesia-Bahasa Inggris. Awal cerita menjadi penerjemah, pernah aku ceritakan di blog ini juga.

Berdamai dengan keadaan dengan membuka usaha dari rumah Perlahan mulai merasakan hasil dari kerja di rumah. Tahun 2014 lalu, PESBUKERS ANTV mengundang saya untuk berdiskusi mengenai arti nama anak Presiden Jokowi Diundang oleh INBOX SCTV untuk mengisi acara mengenai nama bayi

Semua hal yang terjadi di dunia ini sudah ada yang atur, kita tinggal menjalani dengan penuh keihklasan. Jika kurang sabar, kurang ikhlas, tambah lagi kadar kesabaran dan keikhlasannya. Tuhan punya rencana terbaik yang kadang tidak dimengerti oleh manusia. Begitulah aku, pernah terpuruk dalam sebuah kefrustasian menjadi ibu rumah tangga dan kini sedang pelan-pelan memperbaiki keadaan dan terus mencoba berdamai dengan diri sendiri. Menyalakan lilin sebagai sumber cahaya memang lebih baik daripada terus-terusan mengutuk kegelapan. Bersyukurlah, maka Allah akan menambahkan nikmatNya.

Postingan Ini untuk Mengikuti Giveaway Echaimutenan

Alhamdulillah dipilih sebagai Tulisan Terfavorit Kedua. Terima kasih.


56 Komentar

kartina ika sari · 03/02/2015 pada 11:05 am

wahhh mak nggak nyangka pernah masuk TV ya..keren banget ide bisnisnya…semoga bisa terus fokus ya mak, saya yakin pasti berhasil, Semoga selalu dimudahkan ya mak…Aamiin

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 11:10 am

    Iya Alhamdulillah Mba Ina, setelah perjalanan panjang mengalahkan frustasi itu, perlahan mulai panen hasilnya. Aamiin, makasih ya doanya Mba Ina ๐Ÿ™‚

Astin Astanti · 03/02/2015 pada 11:21 am

Mak, keren banget tulisannya, daaalaaam dan pastinya memang dari hati, aku mpe nangis.
Kenapa? aku pernah seperti dirimu, aku pernah berada di titik yang seharusnya anak ada yang handle ketika aku terpuruk, untuk menjaga jangan sampai kita frustasi. Aku merantau, jauh dari siapa-siapa juga, dulu.

Hm…bersyukurlah untuk apa yang mampu kita nikmati saat ini, apalagi dunia online juga bisa melipur kesepianmu beraktivitas Mak.

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 11:26 am

    Iya, tulisan ini emang semi curhat mak. hehe. Sudah lama ingin nulis fakta ini di blog, tapi gak berani. Sampai akhirnya aku berani ngungkap rahasia ini. Memang berat melewati masa kelam itu ya Mak. Tapi untungnya sekarang udah lewat ya.

    Kuncinya memang bersyukur sih Mak, untuk keadaan apapun itu. Banyak yang tidak seberuntung kita di luar sana ๐Ÿ™‚

leyla hana · 03/02/2015 pada 11:25 am

Sepertinya ini memang masalah yg biasa dihadapi wanita berpendidikan tinggi tapi memilih di rumah demi anak, Mak. Aku juga kadang2 masih mengalami stres2 begini, walaupun udah enak nulis dari rumah. tetep aja kepikiran pengin ngantor. Tapi trus aku baca2 buku parenting islami, kalau sebagai ibu, kita harus ikhlas mendidik anak. Dan sebenarnya kita beruntung punya suami yang mendukung kita di rumah, sehingga kita bisa mengerjakan tugas utama mengurus rumah dan anak. Alhamdulillah banget ya mak, suami kita sangat mendukung. Suamiku juga beliin modem, laptop, sampe motor supaya aku betah di rumah hehehehe… motornya buat jalan2, maksudnya. Ih, aku jadi mau nangis karena sering gak bersyukur jg sama suami, hiks…..

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 11:29 am

    Suami kita memang hebat-hebat lah ya. Apapun mereka lakukan supaya istrinya pada betah dirumah. Iya Mba Ella, sama bangeeet…aku sampai pernah ditawarin kredit motor (tentu suami yang bayarin), biar bisa dipakai jalan-jalan beli keperluan..

ipehalena · 03/02/2015 pada 11:42 am

Subhanallah mak, memang setiap orang pasti pernah merasa depresi. Tapi keinginan untuk maju itu kan bukan bisa atau nggak ya mak, tapi mau atau nggak. Ah, inspired banget deh ini ceritanya. Terima kasih ya mak, semoga bisnisnya sukses ๐Ÿ™‚

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 11:50 am

    Bener Mak, Allah kasih ujian ke kita pasti yakin karena kita bisa melewatinya ya. Makasih udah mampir ke sini ya ๐Ÿ™‚

irai · 03/02/2015 pada 11:53 am

Keren Mak! Tetep semangat yaaa! I’ve been there. Sukses selalu buat bisnisnya.

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 12:37 pm

    Iya, masa berat sedikit demi sedikit terlewati Mak, sekarang masih terus mencoba recovery ๐Ÿ™‚

Arin · 03/02/2015 pada 12:08 pm

Aku senyum2 baca tulisan ini mak. Bukan karena ngeledek tapi karena aku juga pernah begitu. Dari megang jabatan manager dengan sejumlah anak buah dan punya kartu nama sendiri plus 3 pembantu tiba2 jadi stay at home mom di luar negeri tanpa pembantu. Stress sampe pendarahan selama 3 bulan! Hehehe… Gak bisa liat rumah berantakan dikit, dan juga jadi cepet marah. Mana gak punya temen. Hadeeeh…tapi akhirnya dinikmati aja…abis itu bikin blog dan jadi enjoy ๐Ÿ™‚
I believe everything will be beautiful in time.

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 12:39 pm

    Hihihi, iya Mak Rina, aku juga lagi terus memanage diri biar gak kambuh lagi setresnya.. qiqiqi. Btw, blog jadi sarana pelarian kita ya. Eh tapi buktinya blog bisa jadi obat penyembuh yang handal yaa ^^

Arin · 03/02/2015 pada 12:08 pm

Aku senyum2 baca tulisan ini mak. Bukan karena ngeledek tapi karena aku juga pernah begitu. Dari megang jabatan manager dengan sejumlah anak buah dan punya kartu nama sendiri plus 3 pembantu tiba2 jadi stay at home mom di luar negeri tanpa pembantu. Stress sampe pendarahan selama 3 bulan! Heheheโ€ฆ Gak bisa liat rumah berantakan dikit, dan juga jadi cepet marah. Mana gak punya temen. Hadeeehโ€ฆtapi akhirnya dinikmati ajaโ€ฆabis itu bikin blog dan jadi enjoy ๐Ÿ™‚
I believe everything will be beautiful in time.

Nathalia DP · 03/02/2015 pada 12:11 pm

inspiratif…
keren, bisa sampai masuk tv sgala ๐Ÿ™‚
saya jg kpingin pny usaha, tp sampai sekarang blum ktemu yg klik ๐Ÿ™

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 12:36 pm

    Semangat mak, pasti bisa juga punya usaha, kalau bisa yang sesuai dengan passion Mba Nathalia ๐Ÿ™‚ Semoga sukses ya Mba

Ida Tahmidah · 03/02/2015 pada 12:51 pm

Salam kenal Mak… ide bisnisnya unik mak… keren… goodluck ya ^_^

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 2:05 pm

    Salam kenal juga. Terimakasih sudah berkenan mampir dan mendoakan yaa.

Lily · 03/02/2015 pada 1:09 pm

Sama mak..dulu sy seperti itu juga. Tapi skrg sdh melewatinya: ehh ini GA ya? masih bisa ikut kah?

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 2:04 pm

    Iya GA mak.. ayo ikutan, terakhir tgl 8 Feb.. ditunggu tulisannya ya

moocensusan · 03/02/2015 pada 1:18 pm

wow keren banget mak. meski di rumah tetap bisa menghasilkan ya.. kalau saya memang karena alasan kesehatan jadi ga bisa kerja diluar rumah. tapi kerja di rumah juga not bad kok semangat ya

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 2:03 pm

    Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan utk Mak Susan yaa.. bener, kerja di rumah baik kok, malah justru aman buat perempuan

Shinta · 03/02/2015 pada 1:41 pm

Kayaknya ya mak, perempuan yang rata-rata bisa bangkit pasti awalnya frustasi dulu wkwkwk.
Saya juga gitu, sempat becandaan ama temen. Gila yah kita jadi IRT aja kualifikasinya tinggi boow S2 pake acara nyuci piring lagi di rumah wkwkwk. Kadang dibawa becandaan ajah.

Akhirnya bisa menemukan jalan ya mba ๐Ÿ™‚
sukses yaa

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 2:02 pm

    Iya Mak, frustasi itu semacam titik balik. Yang penting sekarang udah pada move on yaa

enci harmoni · 03/02/2015 pada 1:51 pm

wah mbak, mirip sedikit…..memang jadi ibu rumah tangga bisa bikin frustasi, tapi alhamdulilah sama kayak mbak, suami juga baik hati membantu urusan domestik, saya juga punya usaha kecil di rumah, alhamdulilah pada akhirnya sangat menyenangkan……sukses terus mbak…

agy · 03/02/2015 pada 2:12 pm

hai mba…

Behind a sane mom, there is a superdad ๐Ÿ™‚

rodamemn · 03/02/2015 pada 2:24 pm

alhamdulillah selalu ada suami yang mendukung ya ๐Ÿ™‚ memang betul menjadi istri sekaligus jadi ibu bukan perkara yang mudah, tapi setidaknya kita para ibu berusaha sekuat dan semampu kita dalam menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Jika bukan karena rasa syukur juga wujud ketakwaan kepada Allah pastilah sulit menjalaninya dengan hati yang bahagia dan ikhlas. Makasih sudah berbagi, sedih, sakit, pahit, stres adalah manusiawi, aku pun begitu. Yuk tetap semangat dan jadikan ini jalan menuju surgaNYA Allah ๐Ÿ™‚ peluuuuuk

    Armita Fibriyanti · 03/02/2015 pada 2:44 pm

    iya Kak Dame, makasih ya supportnya ^^ Seorang Ibu gak boleh terlihat lemah didepan anak2nya ya, sesakit apapun itu ๐Ÿ™‚

      rodamemn · 03/02/2015 pada 3:40 pm

      bener meskipun kadang kita lepas kendali hihi, manusiawi kita hanya bisa terus berusaha jadi lebih baik kan? yuk semangat ๐Ÿ™‚

astrihapasari1 · 03/02/2015 pada 9:50 pm

I feel that now
Gimana gak desperate
Anakku sekarang berubah jam biologisnya
Bangun siang, tidur siang sorenya, tidur malam jam 11
Jadi wis gak isoh ngapa-ngapain

    Armita Fibriyanti · 04/02/2015 pada 2:03 am

    Akmal yo saiki jam 10 bengi lagi turu, la aku jam 8 wes teklak tekluk.. njaluk kon ngancani dolanan wae aku ra sanggup

damarojat · 03/02/2015 pada 10:50 pm

woa…keren mak. SOHOnya tuh juga cakep. semoga sukses terus ya mak.

Tetty · 03/02/2015 pada 10:56 pm

aduh mak tulisannya bagus bingit. Sesuai sm apa yg aku rasain. Karena “keberatan” titel akhirnya jadi ga ikhlas dan ga sabar jadi ibu dan istri di rumah. Padahal kalau kita ikhlas, gak akan ada yg sia-sia di mata-Nya.

Makasih Mak, tulisannya nendang bgt. Btw salam kenal Mak. Sy jg lg kuliah (rumah di bogor kuliah di Bandung). Kebayang bgt yg Mak rasain waktu itu.

trims ya Mak ๐Ÿ™‚

    Armita Fibriyanti · 04/02/2015 pada 2:06 am

    Bener mak, apapun profesinya kudu ikhlasss… lass.. lass.. lass… deketin lagi ke Yang Maha Kuasa kalau kitanya kurang ikhlas..

    Wah ini terbalik ya sama aku, aku rumah Bandung kuliah di Bogor. Hihihi. Sukses terus ah Mak buat kita semua. See you on top ๐Ÿ™‚

Tetty · 04/02/2015 pada 9:43 am

mak Bandungnya dmn Mak? saya sering ke Bandung juga Mak ke rumah Ibu mertua di Geger Kalong. Sapa tau nanti bisa kopdar-an.. Heuu ngareppp.. ๐Ÿ™‚

    Armita Fibriyanti · 04/02/2015 pada 9:58 am

    Aku di Cileunyi Mak.. heheehe, Bandung coret… boleh, hayuk kapan atuh kita kopdar ๐Ÿ™‚

mrs.youngki · 05/02/2015 pada 12:39 pm

pernah merasakan hal yg sama..bahkan sekarang juga. akhirnya bekerja “normal” kembali setelah 2 tahun vakum. Eh baru sebulan kerja udah diminta resign…hahahahaa, miris juga rasanya. alasannya karena kasihan sama anak dan jadi merepotkan mertua.
Baiklah… demi kebaikan bersama, untuk kesekian kalinya kutangkupkan kembali sayap-sayap ini. semoga suatu saat nanti sayap ini akan lebih kuat dan lebar untuk terbang mengarungi dunia…amiin. ๐Ÿ™‚
Semangat ya bune Akmal… you’re not alone….

    Armita Fibriyanti · 05/02/2015 pada 12:47 pm

    Oh gitu, lah kemarin kerja dimana ka? udah gak ngajar di TK lagi po?

gustyanita pratiwi · 05/02/2015 pada 1:59 pm

kebalikan bgt ma aku, aku malah pengene di rumah aja. Ngurus rumah n punya bisnis ndiri dari rumah…kpn ya itu kejadian…huhuhuuu, mdh2n bisa cepet dikasi rejeki biar bisa mengikuti jejak mb mita…..#curcol edisi udah bosen kerja karena capek

    Armita Fibriyanti · 05/02/2015 pada 2:13 pm

    hehehe, dinikmati wae gus… dirimu jarene arep resign dari swa, jadi gak?

gustyanita pratiwi · 05/02/2015 pada 3:11 pm

Pengen mb resign, tapi br resign dari reporter n pindah ke riset swa…hahahhah sama ajah…sebenere pingin mb…tapi ne nunggu punya bebi dulu kayae, doakan ya mb biar cepet dikasi…huhuhuuu udah maleskerjajauhdari rumah alias kemrungsung kayak yg mb sebutin di atas. Nek dah punya anak kayae mantep resign, pengen bisnis dewe,…

    Armita Fibriyanti · 05/02/2015 pada 4:22 pm

    Wes gak usah resign saiki. Man eman daripada nganggur di rumah. Iyo nanti aja nek punya baby enak bisnis dr rumah.

siti latifah · 05/02/2015 pada 9:54 pm

sama mbak, suami juga kasih modem n pulsa biar bs refreshing dr urusan anak n rumah yg monoton. lebih enak memang usaha di rumah ๐Ÿ™‚

ndop · 07/02/2015 pada 9:35 pm

Kalau aku jadi juri lomba lagi, aku pilih sebagai pemenang utama deh. Huaaaa.. keren banget ceritanya.

Btw, akhirnya kamu bersyukur juga ya dengan keadaan sekarang. Punya suami yang ganteng (eh suwer suamimu ganteng! Kok kamu gak pernah menyebut ganteng ya? hahaha), anak yg lucu dan ganteng jugaaa, Dan perlahan2 karena bersyukur, Tuhan malah memudahkan hidupmu menjadi lebih hepi, lebih menarik rejeki..

Tuh khan, legowo, bersyukur, memang bermanfaat sekali yaaaa…

    Armita Fibriyanti · 08/02/2015 pada 4:06 am

    Hehehe, makasih. Ini cerita semi curhat gitu deh…

    oh iya ya, aku lupa nyebutin point ke gantengan suamiku. Eh tapi kalau suamiku terlalu ganteng nanti banyak yg naksir. Gimana donk?

    Yaap! Kudu legowo, kalau Allah punya rencana terbaruaik buat umatNya

echaimutenan · 03/03/2015 pada 10:09 pm

xixix kita samaaaa *tosss dulu

ituuu masuk tipih eciehhhh ihik
semangath ya mak

btw makasih dah ikut g akuu

    Armita Fibriyanti · 04/03/2015 pada 2:57 am

    Toss dulu ah!

    Hahaha, pengen ih masuk tivi lagi. Siapa lagi nih yg mau ngundang? Wkwkwkw.

ismiiruhyati · 09/04/2015 pada 3:19 pm

Mak Armitaa, salam kenal, sama banget, saya juga kayaknya udah sebulan terakhir ini mengalami kejenuhan yang samaaa, padahal saya udah niatin mau nulis blog lagi, dan udah gabung KEB kemarin, demi membuat semangat nulis blog. Saya lagi hamil muda Mak, pas mual muntah mulai sedih dan kerasa desperate, mana tinggal jauh sama ibu saya :'(, di rumah nunggu suami pulang. Dan iya banget Mak, saya jadi sedih sendiri, kenapa seringnya gak bersyukur padahal suami udah baik banget ke saya Mak, demi saya betah di rumah. Mak, thank you buat posting ini yaa :’), semoga sukses selalu ya Mak! Curcol banget ya sayaa >.<, tapi postingan Mak menyadarkan saya banget jadinya, terima kasih banyak Mak! :*

    Armita Fibriyanti · 10/04/2015 pada 2:25 am

    Salam kenal juga ya Mak Ismi. Semangat ya untuk jadi IRT, selalu ikhlas In Sha Allah lebih banyak berkahnya ๐Ÿ™‚

Perempuan Bekerja dari Rumah, Mengapa Tidak | ARMITA FIBRIYANTI · 25/04/2015 pada 6:33 am

[…] dengan keadaan ini dan merasa teman saya gak bertambah. Saya pernah cerita di blog bahwa saya juga pernah frustasi menghadapi situasi […]

Memutuskan Menjadi Freelancer, 5 Jenis Investasi Ini Adalah Modal Awal Saya – Armita Fibriyanti · 20/01/2017 pada 2:01 pm

[…] Baca: (Pernah) Frustasi […]

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.