Masih ingat setahun yang lalu kita masuk kelas R45 bareng-bareng?

R45 MB IPB sedang berfoto bersama untuk pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa

Mahasiswa R45 MB IPB baru masuk (Oktober 2010) - Outbond di Taman Wisata Matahari, Bogor

Tau-tau sekarang kita sudah memasuki akhir Triwulan 4. How fast time flies.

R45 MB IPB, setelah selesai presentasi mengenai Public Speaking untuk Mata Kuliah Komunikasi Bisnis dan Diplomasi Korporat (KBDK) (Oktober, 2011)

Sudah setahun ya kita kuliah di MB IPB terhitung sejak Oktober 2010 (matrikulasi) sampai sekarang. Tidak terasa 6 minggu lagi kuliah selesai. Ada rasa sedih campur seneng. Ketika kelas sudah mulai nyaman, posisi aman, kami sudah harus di hadapkan pada perpisahan. Quarter/Triwulan 4 akan berakhir pertengahan Desember ini, berari setelah itu tesis donk ya?

Iyap.. resminya seperti itu. *Calon* tesis paling tidak sudah harus siap Desember ini. Saya sudah punya topik tesis belum? Beberapa topik yang jadi incaran sih sudah ada, cuma tinggal nyari klik dan restu suami saja sih. Di sini nih mulai galau dan bingung karena memilih topik yang bagus untuk program master saya rasanya seperti memilih jodoh.. Halah. Kalau gak cocok, ya gak jadi. Gak klop, gak married.

Bayangin aja, kita nanti bakalan ngabisin waktu berbulan-bulan untuk bergulat dengan tesis ini. Mungkin juga bertahun-tahun.. Duh, jangan sampai bertahun-tahun ya Allah, saya pengen lulus cepet nih. Hihihi.

Ingat, tesis ini adalah senjata  yang akan membawa kita lulus dari MB IPB, keluar dari Graha Widya Wisuda (GWW) / tempat wisudanya civitas IPB dengan embel-embel MM dibelakang nama kita. Istilahnya, tesis inilah gong kita. Kuliah capek-capek setahun kalau tesis gak beres kan ya sayang. Tinggal dikit lagi beres deh.

Memilih topik penelitian untuk tesis adalah sesuatu yang challenging. Kehidupan/pekerjaan setelah keluar dari kampus bisa saja ditentukan dari topik tesis yang kita pilih. Menurut beberapa informasi, banyak perusahaan/instansi dimana ketika kita melamar pekerjaan, pasti yang ditanya:

“Tesis kamu tentang apa?”

“Kamu ngerjain apa buat final project? Benefit­-nya apa buat kamu dan buat perusahaan ini nanti kalo kamu diterima?”

Kalau yang mau jadi pengusaha, pemilihan topik tesis ini bisa jadi awal dari usaha besar dia. Mulai dengan riset-riset kecil untuk mendukung usahanya nanti.

Susahnya dan bingungnya nentuin topik tesis. Benar-benar sebuah keputusan yang sulit. Take a very deep breath, friends..

Trus gimana donk? Kita mau menyerah begitu saja? Gak bisa.. gak bisa.. sudah bayar mahal-mahal kuliah di MB, kok mau give up!. Eits.. saya punya 10 tips-tipsnya. Baca ya biar plong!

  1. Ikuti kata hati kita, pasti nanti kamu akan menemukan topik yang tepat dan bermakna. Jangan pernah mengijinkan orang lain untuk memaksa kita menulis tesis dengan topik tertentu. Kalau kita suka sih ya gak papa, tapi kalau kita gak suka dan cenderung merasa “gak enak” dengan orang tersebut gimana? Ikuti kata hati kita dan lakukan apa yang kita suka.
  2. Pilih topik tesis yang kita cintai. Seperti yang saya sudah tuliskan di atas, pilih tesis itu seperti pilih jodoh. Kalau kita gak cinta, pasti nanti kita ogah-ogahan ngerjain tesis, jadinya gak selesai-selesai deh. Cinta tesis ini merupakan sesuatu yang paling penting, paling kritis, dan paling strategis menurut saya. Kalau kita sudah cinta, saya yakin nanti kita bakalan punya kualitas hidup yang lebih baik jika kita mampu melewati tesis dengan perasaan yang riang gembira, sabar, senang, dan tekun.
  3. Konsultasi dengan pembimbing. Sebelum kita terlalu jauh menulis lembar proposal, lebih baik konsultasikan topik besar utama kita. Ceritakan apa yang akan kita lakukan, bagaimana metodenya, apa tujuannya dan kira-kira apa yang akan kita peroleh nanti ke dosen pembimbing. Jangan sampai kita sudah capek-capek nulis berhari-hari sampai gak tidur, eh pas ngadep dosen pembimbing, tulisan di proposal kita di sobek mentah-mentah dan berdarah-darah alias penuh coretan tinta merah. Jangan sampai deh. Nah, pasti pas awal-awal kita bimbingan, dosen pembimbing itu akan ngasih saran tentang sesuatu yang menarik dari topik yang kita ajukan. Manfaatkan aja untuk konsultasi sampai kita puas.
  4. Pilih topik yang akan berguna bagi perkembangan karir kita. Kalau tujuan kita berkarir di bidang akademik, pilih topik yang nanti bisa kita buat untuk jurnal atau buku atau topik yang merangsang penelitian-penelitian lanjutan. Kalau nanti kita berminat di bidang ajar-mengajar, pilih sesuatu yang bisa kita gunakan di ruang kelas. Tapi kalau kita justru tertarik dengan industri/bisnis, ya tentu saja pilih yang lebih aplikatif untuk dunia bisnis. Coba tanyakan pada diri sendiri, kita termasuk mahzab yang mana.
  5. Pilih topik yang unik. Lakukan penelitian yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Cara taunya gimana? Search dan google it! Pastikan di perpus-perpus, repository, jurnal, atau google kalau penelitian kita tuh belum dikerjakan orang lain. Kalau nanti kita ketauan jiplak dan sama persis dengan penelitian orang, wah bisa berabe dan berbuntut panjang tuh. Kreatif, biarkan imajinasi kita berkelana, asli dan inovatif!
  6. Pikirkan dengan seksama dan hati-hati sebelum kita memilih topik yang kontroversial . Bidang akademik memang sensitif dan banyak orang-orang briliant lahir dari sini. Bukan berarti kita harus menghindari topik yang kontroversial, tapi ada baiknya jika kita memikirkannya baik-baik dengan tetap memperhatikan kemungkinan jenjang karir kita kedepan.
  7. Pilih topik yang sudah kita kuasai. Kurva pengalaman menunjukkan bahwa semakin kita lama bergelut dan mengenal sesuatu, maka kita akan semakin canggih mengendalikannya. Pekerjaan rasanya lebih cepat kita tangani kalau kita menguasainya. Kalau kita benar-benar tertarik dengan topik yang baru bagaimana? Ya tidak ada salahnya, tapi jangan buang-buang waktu hanya untuk mengekplorasi sesuatu yang bukan keahlian kita. Ingat, waktu kita cuma 6 bulan buat ngerjain tesis.
  8. Pilih topik yang bisa di kendalikan dengan mudah. Tesis adalah proyek besar kita. Tapi ini bukanlah penelitian tentang kehidupan kita. Seorang pembimbing yang bagus, akan mengerucutkan topik yang kita ajukan dan membantu kita lulus sehingga kita gak jadi mahasiswa kadaluarsa. Makanya, kita harus dapat memanfaatkan waktu yang singkat ini dengan pemilihan topik tesis yang tepat.
  9. Kalau memang kita dah mentok dan kita bisa ganti dosen pembimbing. Topik besar sudah ketemu, tapi dosen gak cocok? Ya, ganti aja gak papa sih, asal baik-baik ya gantinya. Hehe.
  10. Terakhir, pilih topik yang direstui oleh orang tua atau suami. Bagaimanapun mereka tetap seseorang yang berperan besar dalam hidup kita. Percuma saja kalau kita sudah berbusa-busa nulis tesis, tapi mereka gak restu. Restu mereka adalah keberkahan buat kita.

Itulah 10 tips tentang pemilihan topik tesis yang saat ini sedang hot-hotnya dibahas di R45 MB IPB. Tips tambahan: kalau perlu sampaikan topik tesis ke perusahaan yang memang sedang membutuhkan bantuan kita untuk meneliti di perusahaannya. Syukur-syukur nanti kita dapat bantuan dana untuk melaksanakannya. Hehe. So. jangan sampai salah pilih, tesismu adalah harimaumu.

Go fight for our future! Masuk bareng, keluar bareng.

My target: Juni 2012 Wisuda 😀

Semangat Tesis Armita!!

 

Inspired by Naomi Rockler-Gladen


2 Komentar

Dhany · 27/10/2011 pada 2:50 pm

I’m still stuck with the “What” question.. what topic will it be? sucks huh?

    Armita - Pupung · 27/10/2011 pada 2:51 pm

    bertapa dan semedi aja dhan.. coba in deh di bawah pohon nangka.. pasti dapet inspirasi 🙂

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.