Beberapa waktu yang lalu, saya, seorang teman dan my Baby (2 bulan) makan di sebuah tempat kuliner di Kota Bogor.. Di sebelah saya ada 8 wanita yang berdandan cantik (dan sedikit menorr). Saya yakin mereka adalah kaum sosialita di kota yang terkenal dengan petir dan hujan ini. Mereka tengah asyik mengobrol, persisnya apa saya kurang tau karena saya pun juga punya obrolan asyik dengan kawan saya sendiri.

Tak berapa lama, salah satu dari mereka mengeluarkan sebatang rokok dan kemudian menyulutnya. Kejadian ini di ikuti oleh 3 orang yang lain. Blah, sontak saya langsung menengok ke arah mereka dan pasang raut tidak suka. Sepertinya mereka tidak sadar dengan tatapan kejam saya karena asap rokok mereka.

Taukah mereka bahwa rokok itu berbahaya bagi bayi saya? tidak hanya bagi bayi kecil saya, tapi juga bagi tubuh mereka sendiri.
Saya datang mau makan enak dan saya bayar mahal untuk itu, bukan mau menghisap kepulan asap rokok mereka.

Dengan semangat membara ala pejuang jaman tahun ’45, saya datangi mereka..
“Bu, saya bawa bayi, dan maaf.. asap rokok Ibu-ibu sekalian menganggu.. Bisa minta tolong untuk di matikan?”
dan mereka pun menjawab..
“Oh iya.. maaf ya..”

Alhamdulillah, lega deh.. mereka pun mengerti dengan langsung mematikan rokok mereka.
Akhirnya saya bisa menikmati semangkok mie ayam ceker tanpa gangguan asap rokok. Thanks GOD!

Hari gini perempuan masih ngrokok? Ke laut aja ya..


4 Komentar

Tammy · 10/04/2013 pada 1:32 pm

Bagus, mbak.
Salut dengan kepercayaan dirinya mendatangi wanita-wanita tersebut.
Satu hal, mereka juga jangan dianggap musuh. Anggap saja, sesama wanita yang “beda jalan.” Tho, mereka juga mau mengerti dengan permintaan dari mbak πŸ™‚

Saya juga dulu perokok, dan sekarang sudah tidak lagi.
Saya sampai ambil foto dari bungkus rokok yang terakhir saya beli waktu itu, sebelum saya buang. Sambil berjanji agar tidak akan pernah merokok lagi.

Haha, lebay sih ya. Tapi itu sebagai reminder untuk saya, kalo merokok itu cuma kebiasaan buruk yang gak ada nilai positifnya. Dan malu ama keadaan negeri sendiri, yang mayoritas penduduknya jadi pasar industri rokok besar-besaran -_-

    Armita Fibriyanti · 10/04/2013 pada 3:35 pm

    Halo mba tammy.. salam kenal ya..
    sy juga salut sama mba udah berhasil melawan keinginan utk merokok lagi.. selamat yah! saya tau itu tidak mudah, so lanjut terus ya mba no smoking nya πŸ™‚

    Kalau boleh tau, dorongan terbesar utk berhenti merokok apa tuh mba?

Tammy · 10/04/2013 pada 6:27 pm

Hi, mbak.

Benar.. Memang susah untuk berhenti merokok.
Dulu sempat mencoba untuk berhenti merokok, tapi ternyata kalo sudah penat, akhirnya saya merokok juga. Awalnya sekali-kali… Lama-lama balik lagi jadi kebiasaan (hadehhhh…)

Masih suka jatuh-bangun merokok, dikarenakan masih menganut faham “Well, everyone is going to die tho…” Yang artinya, semua orang akan meninggal juga kan… Entah karena merokok, menua, atau meninggal sambil tersenyum. Intinya, kalo saya meninggal karena merokok. So be it. (haha, faham tambeng nih…)

Hingga akhirnya di waktu bersamaan saya menemukan media sangat tepat yang berhasil “menegur” saya. Di waktu bersamaan saya menonton video dokumenter dari Vanguard yang berjudul “Sex, Lies, and Cigarettes” serta ebook “Giant Pack of Lies.”

Disini benar-benar diungkapkan kalo perusahaan-perusahaan rokok itu memanipulasi negeri ini, Indonesia. Di negara maju, merokok sudah tidak menjadi epidemi “kebiasaan buruk” yang berakhir maut. Karena masyarakatnya sudah tahu mana yang baik dan tidak, mana yang sehat dan tidak.

Saya sadar, iklan-iklan rokok di negeri ini sangat tidak fair. Ada dimana-mana, sampe merasuki alam bawah sadar semua orang. Hingga akhirnya “adiktif dengan rokok” itu adalah hal yang normal untuk orang Indonesia. Rokok pun tidak memiliki nilai positif yang sehat sama sekali. Racun kok “dibalut’ dengan iklan-iklan gaya hidup. Itu kebohongan besar πŸ™

Kebetulan saya orang media dan menyukai dunia media, branding, dan marketing. Menurut saya, branding dan marketing dari perusahaan-perusahaan rokok adalah bohong besar, yang artinya merupakan pembohongan masyarakat, yang artinya industri yang tidak memiliki integritas sama sekali. Bahkan ternyata, sesuai diungkapkan dengan dokumenter Vanguard tersebut… Para eksekutif industri rokok sendiri pun bukanlan perokok! Mereka sendiri ngerti “buruknya” barang dagangan mereka ini!

Itu sebabnya… menurut saya… kalau saya masih merokok… Saya sadar saya hanyalah korban iklan… Artinya saya bodoh… Sudah tahu racun kok masih dikonsumsi… Artinya juga, hidup saya cuma korban kejahatan industri rokok donkkkkk…

Mendingan saya konsumsi dan beli banyak vitamin aja dehhhhh… πŸ˜€

Begitu sih, mbak… Dorongan terbesarnya lebih ke… Ego yang gak mau dibego-begoin industri rokok aja… haha… πŸ™‚

Tambahan, menonton dan membaca dua media tersebut saya pikir sangat menolong untuk “membuka mata” kita akan industri ini… Very recommended πŸ™‚

    Armita Fibriyanti · 10/04/2013 pada 7:10 pm

    wow.. saya jadi pengen nonton filemnya nih..
    dan saya baru tau kalau para eksekutif perush rokok ternyata tidak merokok.. duh kemana aja saya..
    ayo mba, teruskan gaya hidup sehat. kampanyekan ke yang lain juga.. πŸ™‚

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.