Adv. Sejak memulai karir sebagai ibu bekerja dari rumah, saya bisa bilang bahwa menjadi ibu yang bekerja sekaligus mengasuh anak itu perkara susah-susah gampang.

Di satu sisi, saya harus memenuhi pesanan order untuk pembuatan nama bayi dan perusahaan maupun kerjaan terjemahan, namun di sisi lain ada anak-anak yang merengek-rengek minta diajakin main. Dua hal ini terus saya jaga agar bisa berjalan beriringan, pekerjaan tetap jalan dan anak tetap terurus.

Ohya, ada kalanya saya juga mengurusi dan berinteraksi dengan lingkungan dan tetangga, tidak melulu soal kerjaan dan keluarga.

Misalnya berkebun sederhana di pekarangan rumah. Merawat bumi dan alam dengan cara yang saya bisa. Walaupun caranya sederhana, tapi semoga ada dampak baik bagi bumi kita yang semakin hari semakin tua.

Pernah denger istilah Ecomom sebelumnya? Kalau misalnya belum, saya jelasin bentar ya. Ini ada kaitannya dengan bumi, kita, dan masa depan.

Ecomom adalah istilah untuk seorang ibu cerdas yang tidak hanya berpikir untuk kepentingan saat ini tetapi juga berpikir untuk kepentingan jangka panjang atau untuk masa depan.

Cerdas di sini adalah tentang bagaimana kita merawat keluarga, mengurus rumah dan isinya, mengelola keuangan rumah tangga, serta pastinya merawat diri kita sendiri.

Pertanyaannya, apakah semua orang harus jadi ecomom? Menurut saya, iya.

Sangat baik jika semua ibu di Indonesia ini jadi seorang ecomom, dengan begitu kita bisa bersama-sama meningkatkan kualitas hidup keluarga kita agar menjadi lebih baik.

Untuk lebih jelasnya, saya akan jelaskan beberapa contoh tindakan yang bisa mendukung kita jadi ecomom.

1. Menerapkan Pola Hidup Sederhana

Untuk menjadi ecomom, kita juga perlu membiasakan diri untuk menerapkan pola hidup sederhana sedini mungkin. Kita bisa mulai dari soal makanan. Keluarga saya misalnya membiasakan untuk mengonsumsi masakan saya. Walaupun saya gak terlalu jago di dapur, tapi sebisa mungkin saya menyiapkan makanan sederhana sebisa saya untuk santapan anak-anak dan suami.

Suami Kebagian Tugas Masak di Rumah

Kalau misalnya kecapekan atau saya lagi sakit dan gak sempat masak, gantian suami yang ambil alih acara masak-memasak. Beruntung saya punya suami yang tau banget gimana bikin makanan enak. Elus perut.

Kalau misalnya dua-duanya gak sempat masak, beli makanan di luar jadi pilihan, mau gak mau. Tapi kami pilih warung makan yang tentunya bersih, sehat, cocok di lidah makanannya, dan harganya gak terlalu mahal.

Tentang untuk bekal suami, memang saya gak tiap hari menyiapkan bekal untuk dia. Kalau lagi sempat saya saya bawakan. Lumayan untuk mengurasi jajan/uang makan siangnya.

Pas bepergian ke luar rumah diusahakan juga bawa makanan dari rumah. Bawa botol minuman isi air putih itu wajib. Ini juga lumayan banget buat ngurangin budget jajan di luar rumah.

Ohya, kita sebaiknya bisa harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Atau kebutuhan yang seperti apa? Kebutuhan primer, sekunder, atau tersier. Yang pada intinya hal ini akan membantu kita untuk menciptakan kebiasaan hidup sederhana.

2. Menyiapkan Kebutuhan Pendidikan Anak Sejak Dini

Menyiapkan Dana Pendidikan Untuk Mereka Sejak Kecil

Sejak Akmal dan Azril lahir, kami mulai menyisihkan dana untuk persiapannya masuk sekolah. Insya Allah Akmal sekolah tahun depan dan adiknya Azril akan menyusul sekolah 4 tahun lagi.

Bentuk simpanan untuk dana pendidikan macam-macam ya. Sekarang ini banyak bank yang menawarkan tabungan khusus untuk membiayai pendidikan, kita bisa manfaatkan hal tersebut untuk menyimpan uang kita khusus untuk biaya pendidikan anak kita nanti. Bisa juga simpanan dalam bentuk emas.

3. Menggunakan Produk Ramah Lingkungan

Dengan menggunakan produk ramah lingkungan, selain bisa berhemat, kita juga bisa hidup lebih sehat. Misalnya saja kita mengganti penggunaan kantong plastik, menjadi kantong yang terbuat dari kain, yang bisa dipakai berulang-ulang.

Saya sudah hampir 7 tahun belakangan ini ke mana-mana selalu bawa tas belanja sendiri jadi  kalau belanja gak perlu repot pakai kantong plastik dari warung/supermarket. Lagian kebanyakan plastik di rumah bikin berantakan 😀

Membawa air minum sendiri dari rumah dengan menggunakan tempat minum atau tumbler bisa juga sebagai bentuk sayang kita kepada lingkungan. Selain lebih hemat, kita juga sudah meminimalisir pembelian air minum berkemasan plastik diluar.

Kulkas Ramah Lingkungan

Lalu untuk di rumah, jika kita menggunakan kulkas, ada baiknya kulkas yang kita gunakan adalah kulkas ramah lingkungan yang dilengkapi dengan teknologi econavi, yaitu sensor yang bisa mendeteksi kondisi pemakaian si kulkas itu sendiri, jadi secara otomatis dia bakal memaksimalkan penghematan energi.

4. Meluangkan Banyak Waktu dengan Keluarga

Menjadi ibu sekaligus wanita karir memang menuntut sata harus bisa membagi waktu dengan seimbang untuk keluarga dan pekerjaan. Tapi bukan mustahil, disela-sela kesibukan kita, kita juga bisa mencurahkan banyak perhatian untuk mereka.

Contoh mudahnya, saya sambil mengetik di komputer, saya sambil menyusui Azril dan sambil mengawasi Akmal yang sedang bermain di dekat saya. Sambil kerja, sambil ngasuh. Ini salah satu enaknya kerja di rumah.

Sore hari, pas Ayahnya sudah pulang dari kantor saya matikan komputer. Saatnya main, makan, dan bercanda dengan mereka.

Berkebun Sekaligus Main Sama Akmal

Saat weekend, saya memutuskan untuk tidak bekerja dulu. Saya memang freelancer, tapi tetap butuh istirahat agar bisa berkumpul bersama suami dan anak-anak saya. Kadang jalan-jalan keluar, belanja bulanan, mudik ke rumah orang tua atau kalau lagi capek ya di rumah aja. Berkebun, beres-beres rumah atau sekedar nonton TV bareng-bareng.

 5. Menghemat Penggunaan Air

Di rumah kami, sumber airnya adalah sumur artesis karena kebetulan kami tinggal di kaki gunung. Air di pompa dari sumber penampungan pusat di komplek rumah dan dialirkan ke rumah-rumah melalui pipa air.

Ada kalanya air tidak mengalir dari sumbernya karena yang pakai lagi banyak, atau operator air di komplek lupa beli pulsa jadi gak ada listrik untuk menyedot air. Kalau lagi situasi seperti ini mau enggak mau kami harus berhemat dalam menggunakan air supaya warga komplek juga mendapat air.

Cara mudah meminimalisir penggunaan air ya mematikan kran kalau air bak/dalam ember sudah penuh, jangan sampai luber karena mubazir. Saat hujan saya tidak menyiram tanaman, biarkan alam yang membasahi tanah dan tanaman.

Mesin Cuci Hemat Air

Mencuci seminggu dua kali saja, digabungkan sekaligus banyak. Pilih mesin cuci yang hemat air yang dilengkapi dengan teknologi econavi inverter yang memiliki tiga sensor yang mampu membaca kondisi cucian, untuk mendeteksi berapa banyak cucian, suhu air yang digunakan, serta bahan pakaian yang dicuci. Selain menghemat air, kita juga bisa menghemat waktu dan energi.

****

Begitulah, kurang lebih hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjadi seorang ecomom. Berpikir dengan cerdas, bertindak dengan hati-hati, dan selalu memikirkan sesuatu untuk jangka panjang, bukan hanya untuk saat ini saja tapi juga memperhatikan masa depan.

Maka dari itu saya katakan kalau semua ibu seharusnya bisa menjadi seorang ecomom.

Kenapa?

Ya, karena kita ingin hidup kita dan keluarga jadi lebih baik dalam segala hal, baik itu kesehatan, keuangan atau kebahagiaan.

Walaupun kedengarannya seperti hal sepele, tetapi hal-hal tersebut akan berdampak besar kepada kita nantinya. Semua hal diatas akan menentukan bagaimana hidup kita di kemudian hari.

Setiap ibu bisa menjadi ecomom dan setiap ibu bisa menjadi ibu yang lebih baik lagi.

Walaupun kita punya kesibukan yang padat, ecomom bisa membuat hidup kita dan keluarga selalu aman, nyaman dan membahagiakan.

Bukan hanya untuk hari ini tapi juga besok, besoknya lagi, seterusnya dan seterusnya, untuk selamanya.

Yuk kita sama-sama jadi ecomom!


14 Komentar

Khoirur Rohmah · 24/10/2016 pada 3:50 pm

Aku baru tahu tentang ecomom ini mbak. hhee
Terima kasih banyak buat informasinya ya mbak.
Oh iya, berkebun itu menyenangkan banget mbak 😀

Dipi · 24/10/2016 pada 6:22 pm

Yang masak bibi asisten.. Gmn atuhhh saya nih. … Hahaha

Ratna Dewi · 24/10/2016 pada 8:10 pm

Aku juga hampir setiap hari masak, paling sekali seminggu kami makan di luar karena bosan kalo makan masakan rumah mulu. Tapi itu ngaruh banget ke pengeluaran. Masak tuh jadi hemat banget. Cuma sayang suamiku nggak bisa turun ke dapur kalo aku sakit. Masak mie juga nggak bisa, huhu.

    Armita Fibriyanti · 24/10/2016 pada 8:43 pm

    Aku makan di luar juga sesekali Wi, kalau keseringan gak kuat kantongnya

Hastira · 25/10/2016 pada 2:52 am

wah aku mau deh jadi ecomom

Haeriah Syamsuddin · 25/10/2016 pada 10:52 am

terima kasih tips-tipsnya mba. Hebat euy….

Mirna Kei Rahardjo · 25/10/2016 pada 5:39 pm

Yes bener, setuju sama tulisan ini… simpel tapi kadang kitanya suka bandel hehehe.. btw kulkasku juga punya sensor gitu kayaknya kalau udah dingin banget dia menyesuaikamdiri lagi suhunya..

Lily Kanaya · 26/10/2016 pada 2:15 pm

Kalo saya kebunnya hanya ditanamin lidah buaya saja mba hehe

Cara Mudah Menjadi Ibu Cerdas Dari Rumah · 02/12/2016 pada 1:05 am

[…] Baca selengkapnya… […]

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.