Pengalaman dan biaya sunat di Klinik Khitanan Paramedika.
Yess, Alhamdulillah. Akhirnya salah satu periode penting dalam hidup Akmal (anak pertama kami) terlewati sudah. Akmal berhasil disunat atau khitan.
Saya sendiri haru sekaligus bangga, punya anak usia 5,5 tahun yang sudah mantap mengambil keputusannya sendiri untuk berani disunat.
Ceritanya, Akmal memang sudah minta disunat sendiri, tanpa kami paksa sejak sebulan terakhir ini. Hampir setiap hari, ia menanyakan kapan akan dibawa ke dokter buat sunat.
Ia menagih janji terus kepada saya dan suami.
Tapi karena bulan Agustus kemarin suami bolak-balik pergi ke luar kota, jadi kami tunda dulu mengabulkan permintaan Akmal untuk disunat.
“Nanti ya Akmal, kalau Ayah udah pulang dari Medan” bujuk saya.
Padahal mah saya juga sambil menguatkan hati biar tatag menghadapi anak yang mau disunat sebentar lagi.
Masa anaknya sudah mantap disunat, tapi ibunya belum. Enggak tega, hehe, saya sedikit ngeles.Â
Selain itu, awal bulan Agustus lalu Akmal juga terkena sakit cacar air. Keinginan sunat harus ditunda dulu sampai ia benar-benar sembuh dari sakit cacarnya dan juga menunggu situasi lain mendukung.
Baca:Â Merawat Anak yang Terkena Cacar Air
Padahal ya kalau di tempat asal saya di Jawa (Purworejo), sunatan itu kalau anaknya udah agak besar. Biasanya pas anak udah SD mau naik ke SMP. Minimal umur 10 tahunan.
Tapi kalau di Sunda, khususnya di Bandung, sunat umur segitu ya udah ketuaan banget. Malu sama teman-temannya.
Karena orang-orang di sini biasanya nyunatin anak pas kecil.
Bahkan masih bayi juga udah disunat. Jadi jangan heran kalau lihat anak usia 1-3 tahun di Bandung udah pada di sunat.
Sebagian besar teman-teman Akmal di TK dan di komplek perumahan juga udah pada disunat. Makanya dia suka iri lihat temannya udah disunat. Punya bentuk “burung” yang berbeda dari dia.
Weh, ternyata memang anak-anak suka ngobrol tentang topik cerita sunat anak juga ya ke lingkaran pertemanannya.
Daftar Pertanyaan Yang Perlu Disiapkan Sebelum Anak Disunat
Sebelum mengambil keputusan untuk benar-benar disunat, saya tes dulu Akmal. Caranya dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar sunat. Takutnya nanti sudah disunat eh malah kenyataannya berbeda dengan apa yang sudah diekspektasikan oleh Akmal. Ini daftar pertanyaannya:
- “Sunatan itu apa?” Akmal berhasil jawab bahwa sunatan adalah tit*tnya dipotong sedikit di bagian ujungnya.
- “Potongnya pakai apa?” pakai gunting, kata Akmal.
- “Biar apa?” tanya saya lagi. Biar bersih, sehat, dan nanti jadi kuat, jawabnya.
- “Emang gak sakit apa disunat?” “Kata Aa X (teman main Akmal), enggak sakit Bu. Kan pakai obat bius”
- “Yakin mau disunat?” selidik saya sambil meyakinkan diri. “Iya, Bu! soalnya teman-teman aku udah pada disunat” kata Akmal yakin.
- “Oke, besok Minggu kita sunat ya. Bismillah. Kamu nanti mau hadiah apa?”. Tobot, mintanya.
Dari hasil tanya jawab itu, saya langsung tahu kalau Akmal memang benar-benar sudah ingin disunat. Udah kebelet banget. Kasihan kalau gak dituruti, toh ini demi kebaikan juga. Sesuatu yang baik tidak boleh ditunda-tunda.
Proses negosiasi/tarik ulur itu hari Jumat. Saya langsung telpon suami di Medan cerita kalau Akmal sudah yakin banget mau disunat. Mumpung anaknya mau disunat. Kata yang sudah berpengalaman, kalau anak sudah minta disunat harus disegerakan. Takut niatnya berubah lagi, gak mau disunat deh nanti.
Mumpung juga minta hadiahnya enggak macem-macem. Cuma minta hadiah tobot. Enggak minta PS atau sepeda motor anak seperti permintaan dia beberapa bulan sebelumnya. Kalau minta yang mahal-mahal emaknya bisa tekor dompetnya. Haha, teteup ya pakai azas pengiritan. 😉
Ohya, lupa cerita kalau setahun terakhir ini memang kami sudah mulai aktif sounding ke Akmal bahwa anak laki-laki perlu disunat atau khitan, kenapa harus sunat, dll. Tapi ia belum mau. Masih takut. Terbayang-bayang proses penguntingan bagian tubuhnya itu terasa mengerikan menurutnya. Tapi kami gak patah semangat. Terus saja sounding sampai akhirnya dia mau minta disunat awal bulan September kemarin.
Persiapan Sebelum Sunat

Ruang Tunggu di Tempat Sunat
Hari Sabtu, suami sudah pulang dari Medan. Siangnya kami langsung daftar ke tempat sunat di Bandung. Kami cuma survei tempat sunatan di Bandung dengan cara tanya-tanya ke tetangga. Banyak dari tetangga kami yang merekomendasikan tempat sunat anak di Bandung yaitu Klinik Khitanan Paramedika dan Seno Medika Klinik Khitan Bandung.
Diantara kedua tempat tersebut, kami pilih mendaftarkan sunat Akmal di Klinik Khitanan Paramedika karena tetangga lebih banyak yang ke sana. Segitu percayanya ya kami ke tetangga. Muah! Baik-baik sih tetangga kami.
Biaya Sunat di Klinik Khitanan Paramedika
Kami daftar sunat untuk hari Minggu. Alasannya karena seminggu ke depan, suami akan ada di rumah terus. Tidak ada jadwal ke luar kota. Akmal juga tidak ada jadwal sekolah yang padat.
Saya pun sedang tidak ada deadline dokumen terjemahan. Hanya mengerjakan order nama bayi dan blogging yang bisa dikerjakan sambil nyambi ngurus anak yang sakit pasca sunat.
Saat mendaftar sunat di Klinik Khitanan Paramedika Bandung, kami diminta mengisi formulir pendaftaran. Ada isian mengenai nama orang tua, alamat, daftar alergi anak, riwayat anak sakit, apakah ada masalah dengan kemaluannya atau tidak.
Setelah selesai mengisi formulir tersebut, kami diminta ke kasir untuk membayar biaya sunat di Klinik Khitanan Paramedika Bandung.
Biaya sunat 2018 di Bandung khususnya di Klinik Khitanan adalah Rp 450.000 untuk kelas reguler dan Rp 1 juta untuk kelas VIP.
Bedanya di jam sunat (VIP bisa lebih siang, kalau reguler sebelum subuh disunatnya). Obat penahan nyeri untuk VIP juga lebih lama, kalau tidak salah selama 3 jam.
Biaya kontrol kelas VIP gratis, sedangkan kalau kelas reguler, biaya kontrolnya Rp 10.000. Biaya sunat ini mungkin berbeda di tempat sunat lain ataupun di lokasi lain.
Dengan beberapa pertimbangan, saya dan suami akhirnya pilih yang paket sunat reguler saja. Lebih irit biayanya 😀 Sisa uang budget sunatan bisa dipakai buat beli hadiah Akmal. 😛

Akmal ikut survei tempat sunat
Persiapan sebelum sunat yang kami lakukan adalah sounding terus ke anak seperti yang saya ceritakan di atas, mempersiapkan mental mereka bahwa sunat itu wajib buat anak laki-laki muslim.
Selain itu, kami juga ajak anak-anak menjenguk anak teman/saudara/tetangga yang baru disunat biar anak-anak lihat atau dengar langsung mengenai cerita sunat anak.
Ajak juga anak-anak untuk survei ke tempat di mana ia akan sunat, supaya ia merasa terlibat dan siap secara mental.
Sedangkan untuk saya dan suami, persiapan sebelum sunat anak adalah banyak tanya tentang lokasi sunat di mana, baca info cerita sunat anak, bagaimana prosedur sunat, berapa biaya sunat di Bandung, mau syukuran kayak gimana, undang orang ke rumah atau enggak, pakai hiburan atau enggak, atau cukup bagi nasi kotak aja, dan lain-lain.
Selain itu, saya juga perlu ngecek jadwal sekolah Akmal dan izin ke guru bahwa Akmal tidak akan masuk sekolah for at least a week.Â
Hari H Sunat
Hari yang ditentukan tiba.
Orang tua saya di Purworejo sudah dikontak dan siap datang ke Bandung untuk ikut menemani Akmal sunatan.
Akhirnya hari minggu pagi, jam 03.00 kami berangkat dari rumah. Janjian dengan dokternya pukul 04.00 di Klinik Khitanan Paramedika Jl. Soekarno Hatta No.111, Babakan, Babakan Ciparay, Kota Bandung, Jawa Barat 40222
Sampai lokasi, sudah penuh banget dengan anak-anak yang mau disunat dan tim hore/pengantarnya. Kirain saya gak bakalan ramai karena bukan musim libur anak sekolah.
Eh ternyata, tetap aja ramai ya. Mungkin karena tempat sunat yang ada patung kuda di depannya ini sudah terpercaya di Bandung dan turun temurun dari dulu.
Ada yang Ayahnya dulu sunat di sini, sekarang anaknya sunat lagi di sini. Wkwkwk.
Akmal sunat di lantai 3 Klinik Khitanan Paramedika. Dia ditemani suami, tapi suami tidak boleh masuk ke ruang tindakan. Sendiri aja dia antre bersama teman-teman seusianya.
Anak-anak duduk tenang mengantre sampai tiba gilirannya disunat.

Walau masih muka bantal , Akmal sudah siap disunat.
Kalau sudah selesai sunat, anak-anak akan turun dari lantai 3 ke lantai 2. Kurang ergonomisnya sih memang tempatnya, karena anak-anak harus bolak-balik naik turun tangga sendiri.
Tapi untunglah Akmal gak ngeluh sakit ataupun nangis, jadi dia dengan santainya jalan dari lantai 3 ke lantai 2 sendiri. Keluar ruangan dengan sedikit nyengir dan muka bantal (karena masih ngantuk).
Malah ayahnya yang terharu. Yang tadinya Akmal bisa jalan sendiri, eh digendong sama dia. Biar terasa heroik-nya. wohoho.
Selama disunat, saya sendiri nunggu di lantai 2 dengan Azril, sambil menunggu tebus obat.
Obatnya ada 5 macam, yaitu anti nyeri, multivitamin, antibiotik, antiseptik buat mandi dan betadine.
Biaya obat sunat ini sudah termasuk biaya sunat keseluruhan namun ada 1 obat yang tidak ter-cover.
Saya lupa tepatnya. Kalau gak antiseptik ya betadine. Harganya cukup ditebus Rp 10.000 saja.
Cara penggunaan obat-obatan ini akan dijelaskan lengkap oleh perawatnya. Kita cukup menyimak, dengarkan dan ingat baik-baik saja.
Sebelum pulang, saya langsung minumkan 3 obat untuk Akmal (anti nyeri, antibiotik, dan multivitamin).
Obat biusnya bekerja tidak lama, jadi mau gak mau harus langsung diminumkan biar nanti gak terasa sakitnya.

Akmal pasca sunat, langsung minum obat sebelum pulang ke rumah
Sampai rumah, Alhamdulillah tidak ada drama nangis sama sekali. Akmal tetap kuat dan tegar. Bahkan di hari ke-3 sunat ia sudah bisa main dengan temannya walau harus tetap pakai celana sunat untuk pelindung.
Ohya, Akmal disunat dengan metode konvensional atau manual alias pakai gunting. Dia tidak sunat pakai laser atau metode klamp seperti yang akhir-akhir ini sedang ngetren dan ramai dibicarakan.
Mengenai preferensi mana metode sunat yang terbaik untuk anak, setiap orang tua memiliki kepercayaannya sendiri.
Banyak tanya dan cari informasi saja. Sekedar berbagi pengalaman saya pribadi, saya pernah ngajak keponakan sunat dengan metode laser.
Memang tidak banyak luka darahnya dan waktu penyembuhannya lebih singkat. 3 hari sudah kering dan dia bisa main bebas.
Perawatan setelah sunat dengan metode konvensional atau manual, anak sebaiknya tidak dimandikan, cukup diseka aja mandinya.
Jangan kena air dulu bagian kemaluannya, apalagi terkena air pipis tidak boleh.
Jadi solusinya, kalau anak mau pipis, balut bagian vitalnya dengan tisu kering. Jangan tisu basah. Setelah pipis/buang air besar, buang tisunya.
Kontrol Pasca Sunat

Kondisi Akmal sebelum kontrol ganti perban. Masih bisa main di playground dengan ceria.
Hari ke-4 setelah sunat, Akmal diminta kontrol pasca sunat ke Klinik Sunatan Paramedika lagi. Ini untuk ngecek bagaimana kondisi setelah sunat. Apakah bagus atau tidak. Dan juga untuk menganti perbannya.
Sebelum berangkat kontrol, Akmal saya suruh berendam dulu di air hangat yang sudah dicampur dengan antiseptik selama 1 jam.
Ini berguna untuk melonggarkan perban yang sudah membalut alat vital Akmal selama kurang lebih 4 hari.
Jadi nanti saat perbannya diganti, perban lebih longgar dan anak tidak merasa sakit.
Perlu juga minumkan obat penahan nyeri sebelum berangkat kontrol. Karena biasanya anak akan merasa sakit saat dicabut perban.
Dan benar saja, saat diganti perbannya, Akmal malah sedikit nangis menahan nyeri.
Beda dengan saat pas disunat, dia tidak nangis sama sekali. Saat diganti perban tidak pakai obat bius, makanya Akmal ngeluh sakit.
Yang tadinya bisa nyengar-nyengir main di play ground, eh keluar ruangan malah sakit dan agak rewel. Haha.
Jadilah kita ajak Akmal senang-senang sebentar pasca kontrol dengan makan di salah satu restoran favorit Akmal.
Belikan hadiah biar dia senang. Masih dapat pula hadiah Tobot Tritan dari Omnya di Depok. Tambah senang lagi dia.
View this post on InstagramAda video baru di channel YouTube aku, tentang unboxing tobot tritan, mainan anak cowok zaman sekarang 😉 favorit Akmal nih. Doi minta hadiah ini sejak dia teguh hati pengen segera disunat. Alhamdulillah dikabulkan permintaannya oleh Om @akhmadfuady dan Tante @andicitraadha 😍 . . Cuss ke https://youtu.be/0wRoWFmAec0 (link aktif ada di bio) buat nonton videonya ya. Muah! . . . #tobot #tritan #tritantobot #tobottritan #kidtoys #toysreview #unboxing #toysunboxing #toyunboxing #ceritakmal #robot #kidsoftheday #youtube #youtuber
Alhamdulillah Akmal sudah disunat, lega banget perasaan saya.
Sekarang sudah 2 minggu pasca sunat, masih ada yang basah-basah sedikit di bagian bekas sunatnya.
Tinggal tunggu lukanya benar-benar kering dan ngelopek sendiri. Semoga makin sehat dan sholeh ya Akmal. Ibu bangga sama kamu, muah!
Sekian cerita sunat anak kami, Akmal.
Semoga bermanfaat buat teman-teman yang sedang mencari info bagaimana cara menyunat anaknya.
Sampai ketemu di blogpost selanjutnya, ya 🙂 Jangan bosan main ke blog saya.
33 Komentar
Peni lestari · 16/09/2018 pada 8:15 am
Trimakasih infonya mita ^.^ ersiaan yg paling lama tu sounding k anak y.smoga akmal jd anak kuat soleh.aamiin
Armita Fibriyanti · 16/09/2018 pada 8:59 am
Aamiin. Makasih doanya ya Peni.
Tian lustiana · 17/09/2018 pada 12:44 pm
Alhamdulillah ya sudah disunat, mudah2an AKmal menjadi anak soleh dan selalu menjadi kebanggaan orang tua ya nak, sehat selalu,
Armita Fibriyanti · 11/10/2018 pada 4:12 pm
Aamiin, makasih doanya Teh Tian 🙂
Nchie Hanie · 17/09/2018 pada 2:13 pm
Akmal pinteeer yaa, mau sendiri, biar tambah sehat yaaa…
Btw emang bener, kalo di Jawa keluarga si mbah disunat tuh udah smp/sma hahahaha, halagh kbayang donk…
Sandra Hamidah · 17/09/2018 pada 2:54 pm
Seneng deh bacanya, btw klo dokter Seno itu kakenya murid saya dulu emang udah terkenal banget. Gen kapan ya disunat heheu
Sri Al Hidayati · 17/09/2018 pada 3:35 pm
Ceritanya seruu bikin deg degan juga teh. Kelak kalau punya anak laki laki juga saya jadi kebayang mesti gimana. Makasih sharingnya teh
susie ncuss · 17/09/2018 pada 6:09 pm
Beda tempat beda kebiasaan ya teh, bahkan soal sunat sekalipun.
malah ada yang disunat pas setelah lahir kan ya 😀
Uwien Budi · 18/09/2018 pada 9:46 am
Akram belum sunat. Iya teh ternyata anak-anak tuh juga ngobrolin bentuk “burung”nya. Akram juga gitu daaaa. Pengen banget disunat.
Armita Fibriyanti · 18/09/2018 pada 10:52 am
Haha, dasar anak-anak ya, suka ngobrolin sesuatu yang gak kita duga. Ayo Akram, sunat gak sakit katanya Akmal loh 😉
herva yulyanti · 18/09/2018 pada 12:38 pm
aku tadinya mau sunat pas baru lahir kemarin teh cuman krn kondisi aku pasca sc ga jd diundur, udah nanya2 juga dan tempat ini juga iya mesti subuh yah klo reguler hehe aku jd keingetan buat sunat lagi skrg
Armita Fibriyanti · 18/09/2018 pada 2:00 pm
Wah hebat Rayi udah mau langsung disunat. Sebelah aku antri, ada juga bayi usia 2 minggu. Salut.
Euisry Noor · 18/09/2018 pada 8:04 pm
Wih, lengkap bgt sharingnya Teh. Aku baru tahu biaya sunat di Bandung segituan, lumayan jg yah.
Lega pastinya anak laki udah disunat. Semoga jadi anak Sholeh ya…
Armita Fibriyanti · 18/09/2018 pada 9:53 pm
Iya, itu baru biaya sunatannya aja. Biasanya ada biaya pengikut seperti biaya selamatan dll
Ima Rochmawati · 18/09/2018 pada 10:35 pm
Wah, Akmal hebaaaat. Makin ceria dan kuat, yah :*
Rani Yulianty · 19/09/2018 pada 3:09 pm
Alhamdulillah AKmal sudah disunat, aa Fathan belum mau nh, moga-moga tahun depan sebelum masuk SD sudah mau disunat
Dyah · 19/09/2018 pada 4:46 pm
Wah Akmal sudah dikhitan. Selamat, Akmal. Sehat selalu dan terus bahagia ya. Salam dari Al.
Armita Fibriyanti · 20/09/2018 pada 2:11 am
Salam balik buat Altaz yaa :*
Nathalia DP · 20/09/2018 pada 9:29 am
Yeay, alhamdulillah… Selamat akmal
Zia · 20/09/2018 pada 11:02 am
Alhamdulillah Akmal sayang semoga tambah sehat dan sholeh. Terharu yah klo anak udah minta disunat. Deg-degan banget, haru, bahagia, campur aduk.
innaistantina · 24/09/2018 pada 8:17 am
selamattt Akmal
makin rajin sholatnyaaa yaa
aminn
Armita Fibriyanti · 24/09/2018 pada 9:00 am
Terima kasih.
Dedew · 25/09/2018 pada 12:59 pm
Keren deh pemberani selamat yaa..kubintangin buat Alde nanti
evi sri rezeki · 25/09/2018 pada 4:26 pm
Alhamdulillah lancar sunatannya. Selamat ya Akmal 🙂
cerite si mpo · 27/09/2018 pada 3:55 am
Wah akmal sudah mengikuti perintah nabi, khitan. Selamat ya nak, pintar di sunat tanpa nangis
Armita Fibriyanti · 27/09/2018 pada 1:56 pm
Terima kasih ^^
missdapur · 27/09/2018 pada 3:57 am
Benar bun ,kalau anak sydah mau di sunat / khitan, ya segera di laksanakan.
Armita Fibriyanti · 27/09/2018 pada 1:56 pm
Iya 🙂
Eva Sri Rahayu · 03/10/2018 pada 12:15 pm
Akmal hebaaat!
Kebayang, Teh. Sebagai orangtua pastinya nyiapin mental juga tiap berhadapan dengan hari besar anak.
Ahmad · 26/12/2018 pada 3:27 pm
Halo Bu, anak saya juga dikhitan di klinik paramedika. Hari ke 4, organ vital anak saya masih merah ya Bu? Anak saya juga sering bilang gatel di seputaran organ vitalnya. Apakah dek Akmal juga gitu ga? Btw, selamat ya dek Akmal.
Armita Fibriyanti · 20/01/2019 pada 8:56 am
Betul Pak, warnanya memang akan merah dan terasa gatel. Kalau gatel berarti lukanya sudah mau kering dan sembuh.
Pengalaman Merawat Demam Berdarah Pada Anak - Armita Fibriyanti · 16/06/2020 pada 9:53 am
[…] Baca: Pengalaman Sunat Anak dengan Metode Manual […]
Pengalaman Sunat Anak Fimosis dengan Metode Smart Klamp - Armita Fibriyanti · 25/06/2021 pada 12:18 pm
[…] Baca: Pengalaman Sunat Anak dengan Metode Konvensional di Klinik Paramedika Bandung […]