Pengalaman akupunktur kesehatan dan kecantikan di Bandung

Selama ini, saya gak pernah berani mencoba terapi akupunktur. Karena di bayangan saya, akupunktur itu sakit, nyeri dan menyeramkan. Ya gimana gak ngeri coba, bayangkan saja badan kita ditusuk-tusuk dengan sejumlah jarum. Ditusuk pakai satu jarum aja lumayan nyeri, apalagi ini ditusuk pakai banyak jarum. Sampai akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mencoba terapi akupuntur di Bandung. Saya memberanikan diri untuk mau mencoba terapi akupunktur ini. Ternyata, rasanya….

Teman-teman, kali ini saya mau coba cerita pengalaman pertama saya ber-akupunktur ya. Semoga bermanfaat, siapa tahu ada teman-teman yang membutuhkan informasi seputar pengalaman terapi akupunktur dalam mengatasi masalah kesehatannya.

Awal bulan Mei kemarin, saya melihat di timeline Facebook bahwa klinik kecantikan langganan saya di Bandung, DF Clinic, membuka sebuah layanan jasa baru yaitu akupunktur. Awalnya sya agak ragu-ragu sih mau nyobain atau enggak. Soalnya ya itu tadi, saya masih takut-takut. Takut nyeri. Takut sakit.

Supaya lebih berani dan gak terlalu takut, saya coba janjian dengan teman blogger, yaitu Teh Uwien. Nah biasanya kan kalau ada temannya, kita bisa lebih berani. Ini juga pengalaman pertama bagi Teh Uwien diakupuntur. Baca cerita lengkap punya Teh Uwien yang nyobain terapi akupunktur slimming.

Baca: Akupunktur di DF Clinic Bandung by Uwien Budi

Karena pengalaman pertama, tentu saja kami deg-degan. Perasaaan takut tentu ada. Untung saya termasuk yang gak terlalu takut dengan jarum karena selama ini sudah biasa saja disuntik pakai jarum. Tapi kan suntiknya hanya satu kali saja dan di satu tempat saja. Nah kalau akupunktur ini kan beda. Jarumnya ada banyak dan ditusuknya di banyak tempat pula. Jadi ketakutan saya itu lebih ke perasaan bagaimana rasanya ditusuk di banyak tempat dengan banyak jarum. Mari kita lihat, apakah saya bisa menghandle perasaan ketakutan tadi atau tidak. Atau saya malah justru menyerah dan lalu melangkah keluar dari klinik kecantikan ini.

Bismillah, saya memberanikan diri masuk ke ruangan khusus untuk akupuntur begitu nama saya dipanggil oleh perawat. Di dalam ruangan tersebut, saya bertemu dengan Ibu terapisnya. Duh, maafkan saya lupa dengan nama Ibu terapisnya saking deg-degannya. Karena saya lupa, selanjutnya kita sebut beliau dengan terapis saja ya.

Oleh sang terapis, saya diwawancarai sebentar. Ditanya-tanya keluhan kesehatan saya apa. Kira-kira mau melakukan pengobatan apa. Terapis lalu memegang-megang pergelangan tangan saya dan memencet titik-titik nadi di tangan saya. Sekilas, saya cerita bahwa saya punya masalah dengan kesehatan kulit saya. Yap, kulit saya itu termasuk kulit yang kering yang kadang kalau keringnya lagi kumat itu bisa menimbulkan masalah. Misalnya, kulit jadi gatal, bersisik, kusam, dan ada bercak-bercak putih muncul. Yang paling sering, bercak-bercak putih ini muncul di area sekitar wajah. Bahkan dulu pas remaja, bercak-bercak putih muncul di area tangan juga.

Baca: Problema Wanita dengan Kulit Kering



Itu aja sih keluhan kesehatan saya. Nah, saat saya cerita tadi, terapis juga sambil memeriksa saya. Memencet-mencet titik nadi saya sambil memperhatikan bola mata saya. Setelah saya selesai cerita tentang masalah kulit kering tadi, terapis mengungkapkan sebuah masalah kesehatan lain yang saya alami. Ternyata saya sebenarnya punya gangguan atau masalah dengan paru-paru.

Tentu saja saya kaget. Ini kali pertama saya mengetahui bahwa ternyata paru-paru saya bermasalah. Saya kira selama ini tidak apa-apa dengan paru-paru saya karena nyaris saya tidak merasakan keluhan apa-apa. Menurut terapis, inilah sebabnya kenapa saya mudah mengantuk, tidak bisa bergadang, dan kulit juga kelembabannya jadi rendah. Saya juga malas minum air putih, makanya tubuh saya gak terlalu vigor atau mudah lemas. Ini PR banget buat saya untuk rajin minum air putih nih.

Untuk sementara, terapis akan membantu saya mengatasi kedua masalah tadi: masalah kelembaban kulit dan paru-paru. Beliau akan menusukkan jarum di beberapa titik yang sensitif memengaruhi kesehatan kulit dan paru-paru. Titik-titiknya sebagian besar ada di wajah, tangan, dan kaki. Karena ini pengalaman dan terapi yang pertama, maka baru ketiga lokasi itu saja yang akan ditusuk. Terapi akupunktur ini sebaiknya rutin. Minimal 2 minggu sekali. Nah untuk terapi selanjutnya, titik-titik yang akan ditusuk ada di bagian punggung.

Sebelum mulai diakupunktur, saya sempat tanya dulu ke terapisnya, apakah nanti akan sakit atau tidak. Ya, sakit sedikit, begitu jawabnya.

Haha, iya saya bertanya dulu untuk menyakinkan saya bahwa ini tidak terlalu sakit. Setidaknya dengan bertanya lebih dulu, saya menjadi lebih yakin untuk melakukan akupunktur. Duh, secemen itu ya saya ternyata, wkwk.

Saya juga sempatkan dulu berdoa biar dikasih kekuatan. Saya hipnotis badan saya sendiri, berkali-kali bilang ke diri sendiri bahwa terapi ini sehat dan menyenangkan. Terus-terusan afirmasi positif.

Area pertama yang ditusuk jarum adalah area wajah. Ada 18 buah jarum yang ditusukkan di titik-titik di wajah saya. Lihat foto saya di atas tulisan ini ya. Detail titik fungsinya untuk apa saja saya gak mengerti. Tentu yang tahu persis terapisnya ya. Saya manut aja.

Selanjutnya saya diminta menyingsingkan lengan baju. Untung terapisnya ibu-ibu, jadi saya gak malu mau buka lengan baju. Perlu singsingkan baju soalnya ada sekitar 3 buah jarum yang perlu ditusuk di area lengan saya. Lalu ada juga 2 buah jarum tusuk di daerah bawah jempol dan pergelangan tangan. Rasanya ditusuk di area tangan itu lebih sakit menurut saya daripada yang ditusuk di area wajah. Sakitnya itu seperti digigit semut merah dan ada sensasi seperti kesetrum. Tidak lama kemudian muncul sensasi pegal-pegal di sekitar daerah yang ditusuk tersebut.

Akupuntur kecantikan di Bandung

Terakhir yang ditusuk adalah daerah pergelangan kaki. Jumlahnya gak ingat ada berapa. Soalnya gak dihitung dan gak sempat difoto juga. Yang jelas sih, gak sebanyak jumlah jarum seperti yang ada di area wajah. Paling sekitar 2-3 buah jarum saja. Ada 1 jarum juga yang pas ditusuk rasanya sakit seperti yang ditusuk pas ditangan tadi. Hasil tanya-tanya ke terapis, ternyata kalau ada rasa sakit yang dirasakan berarti itu ada reaksi.  Ada titik akupunktur yang terangsang. Nah yang saya rasakan sakit tadi adalah reaksi dari titik-titik yang berhubungan dengan kesehatan kulit saya. Berarti memang ada masalah di titik tersebut.

Sensasi terapi akupunktur ini mirip dengan sensasi sakit saat saya melakukan laser untuk menghilangkan tahi lalat, kutil dan komedo putih di wajah. Rasanya hampir sama seperti digigit semut. Hanya saja, kalau laser ada bau terbakar yang tercium saat dilakukan treatment-nya.

Baca: Menghilangkan Tahi Lalat, Kutil, dan Komedo Putih dengan Laser.

Kalau teman-teman belum pernah merasakan akupunktur sebelumnya dan ingin tahu seperti apa jarumnya, ini saya tuliskan sebentar ya. Saya jelaskan yang saya tahu dan berdasarkan pengamatan saya saja ya. Jarum yang digunakan untuk akupunktur ini adalah jarum khusus. Bukan seperti jarum pentul, beda ya. Jarumnya steril dan hanya sekali pakai. Ujung jarumnya kecil sekali dan tajam. Di bagian pangkal jarumnya ada semacam kumparan gitu tapi fungsinya untuk apa saya kurang tahu. Jarumnya agak lentur gitu ya dan tidak terlalu kaku. Ada 2 jenis jarum akupunktur yang ditusukkan ke saya, yaitu yang ukurannya agak besar dan yang agak kecil. Yang agak besar ada di tangan dan kaki. Sedangkan yang agak kecil di area wajah.

Sekitar 15 menit saya diterapi dengan jarum akupunktur. Sambil menunggu selesai diterapi, saya buka-buka HP dulu. Cek email kerjaan sebentar pakai jaringan internet dari XL. Ohya, di kota Bandung, sinyal internet dari XL ini kencang dan stabil. Lumayan banget menemani saya di ruang periksa. Sambil terapi, bisa sambil internetan. Sempat juga saya upload foto terapi akupuntur saya ini di  Instagram saya (armitafibri). Ternyata respon teman-teman lumayan bagus. Mereka ingin tahu lebih lanjut tentang terapi akupunktur yang saya jalani. Bahkan cerita saya berakupunktur ini termasuk foto yang paling tinggi views-nya selama setahun terakhir.

Ohya, saat terapi ini, Ibu terapis memasang timer. Jadi saat sudah selesai, suster/asistennya akan datang ke ruangan dan mencabut jarum-jarum akupunktur tersebut.



Untuk bisa menikmati layanan akupunktur kesehatan atau kecantikan di Bandung ini, harganya Rp 150.000 per sesi terapi. Alhamdulillah kemarin saya gak perlu membayar soalnya kebetulan pas banget dengan opening akupunktur di DF Clinic. Pas lagi ada program free treatment akupunktur sekaligus dalam rangka ulang tahun DF Clinic.

Efek langsung yang saya rasakan pasca terapi akupunktur ini adalah saya jadi merasa haus terus. Kepengennya minum dan minum. Kalau untuk terapi paru, masih ada terapi lanjutan nanti di bagian punggung.

Sebaiknya terapi akupunkturnya rutin, setiap 2 minggu sekali atau setidaknya sebulan sekali agar lebih terasa manfaatnya tergantung permasalahan/keluhan. Untuk masalah saya (kelembaban kulit dan paru) disarankan terapi setiap 2 minggu sekali.

Kenapa harus rutin? Soalnya terapi akupuntur ini gak bisa hanya sekali langsung beres masalahnya. Akupunktur ini kan sebenarnya lebih ke pencegahan daripada pengobatan. Akupunktur banyak manfaatnya. Bisa untuk mengatasi masalah kesehatan, bisa untuk kecantikan juga. Misalnya akupunktur slimming atau melangsingkan badan. Akupunktur slimming ini bisa dimanfaatkan oleh mereka yang bertubuh ekstra dan menginginkan badannya menjadi lebih langsing. Ada juga terapi akupunktur untuk kesuburan. Akupunktur jenis ini bisa dimanfaatkan oleh pasangan yang sedang program kehamilan atau ingin mendapatkan keturunan/anak.

Jadi gitu deh teman-teman pengalaman pertama saya mencoba akupunktur di salah satu klinik kecantikan dan kesehatan di Bandung. Tentunya treatment akupunktur setiap pasien akan berbeda-beda ya. Tergantung masalah yang dihadapi. Ambang batas rasa sakit setiap individu juga berbeda. Ada yang takut sama jarum, ada yang tidak. Ada yang baru ditusuk sedikit saja udah jerit-jerit. Tapi ada juga yang sudah ditusuk banyak tapi gak merasakan sakit sama sekali. Konsultasikan saja dulu ya dengan terapisnya kalau mau mencoba akupuntur.

Kesimpulannya, ternyata terapi kesehatan pakai akupunktur gak terlalu sakit ya teman-teman. Tidak semenyeramkan yang saya bayangkan. Saya berhasil mengalahkan perasaan takut dan ngeri seperti yang awal-awal saya kira. Saya berhasil membalikkan perasaan takut tadi menjadi tekad dan keberanian. Yeah, saya berhasil! Bangga banget karena bisa mengalahkan perasaan takut yang muncul dari dalam diri sendiri. Ternyata, saya bisa! Kalau saya bisa, teman-teman juga pasti bisa. Percaya deh!

Teman-teman pernah ngerasain akupunktur juga? Untuk masalah apa? Cerita yuk sama saya, kita bagi-bagi pengalaman…


(1) This is a sponsored post, please read disclosure